Kamis, 10 Mei 2012

profosal SIG

A.    JUDUL :    PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM  KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG (Pendekatan Sistem Informasi Geografi)

B.     IDENTITAS PENULIS
NAMA                  : I NYOMAN SUPARIARTA
NIM                      : 0814031019
KELAS                 : A
JURUSAN            : PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS         : ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS   : PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

C.    LATAR BELAKANG
Provinsi Bali merupakan sebuah provinsi bagian dari wilayah kepulauan Indonesia. Provinsi Bali tidak seperti provinsi lain di Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang potensial seperti pertambangan dan hutan, sehingga pembangunan dibidang ekonomi, Provinsi bali bertumbu pada tiga sektor unggulan yaitu: Sektor pertanian dalam arti luas, sektor industri kecil dan menengah dan sektor Pariwisata sebagai sektor yang ditonjolkan (Bappeda Provinsi Bali, 2011).
Provinsi Bali merupakan daerah yang terkenal di mancanegara sebagai tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan mancanegara dan wisatawan domistik. Hal ini diungkap oleh Kepala Bappeda Provinsi Bali yang disampaikan dalam ranga pertemuan ilmiah tahunan ikatan geografi Indonesia, yang isinya:
Kunjungan langsung wisatawan mancanegara ke Bali tahun 2009: 2,38 juta orang, meningkat sebesar 20,81% dari tahun 2008: 1,97 juta orang, meningkat 8,40% dari tahun 2009. Sedangkan kunjugan wisatawan nusantara meningkat sebesar 21,47% dari 2,9 orang tahun 2008 menjadi 3.5 juta orang tahun 2009 sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 4,65 juta orang.

Berdasarkan data diatas ditarik sebuah kesimpulan provinsi Bali sangat layak dikembangkan sebagai tujuan wisata. Kemasyuran Bali sebagai daerah pariwisata sangat ditunjang oleh keunikan sosial budaya yang dimiliki masyarakat Bali dengan Agama Hindu sebagai pemberi karakter yang dominan, di samping juga keindahan alam dan  kekhasan budaya lokal yang dimiliki.
Pulau Bali memiliki keragaman budaya yang menunjang estetika seni masyarakat Bali baik secara religius maupun secara sosial masyarakat Bali. Misalnya sistem pertanian subak, tarian-tarian Bali, gambelan-gambelan, upacara-upacara keagamaan yang selalu mewarnai kehidupan masyarakat Bali.
Kehidupan masyarakat berlandaskan akan konsep Tri Hita Karana, yakni  tiga penyebab keharmonisan dalam kehidupan. Melandasi setiap organisasi tradisional yang ada di Bali. Hal ini diungkap oleh Surpha (2006:71 dalam Sedana,2008) yang mengatakan bahwa falsafah Tri Hita Karana pada hakikatnya merupakan pengejawantahan dari hubungan manusia dengan Tuhan/Hyang Widhi, hubungan manusia dengan manusia serta mahluk lainnya dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya dimana ia berada, adalah proyeksi Pancasradha agama Hindu ke dalam tata kehidupan masyarakat Bali, baik secara individual maupun kolektif dalam bentuk organisasi desa pekraman, banjar adat. Kehidupanan masyarakat secara gotong royong memberi karakteristik tersendiri bagi masyarakat Bali, dalam menjalin kekompakan dalam aktifitasnya. Hal ini tidak terlepas dari masih kuatnya peraturan anggota masyarakat yang sifatnya mengikat dalam kehidupannya(Perarem), dibalut dalam sebuah peraturan hukum disebut Awig-awig.
Bali dikenal memiliki panorama alam yang indah, hadir mengiasi pulau ini. Desebelah barat Pulau Bali yakni daerah alas cekik, pulau menjangan, taman nasional bali barat, teluk terima, menampilkan nuansa keasrian alami bagi pulau ini. Disemenajung selatan dengan hadirnya pantai sanur, kuta, nusa dua, tanah lot dan sepanjang pantai selatan Bali merupakan tujuan wisata alam pantai. Disebelah timur hadirnya trunyan, gua lawah, danau batur, membalut kesakralan alam pulau ini. Dibagian tengah pulau bali diselimuti pesona alam eksotis dengan hadirnya jatiluwih, kebun raya bedugul, mongky fores, alaskedaton merupakan wisata alam yang berbasis keindahan flora dan fauna. Di sepanjang utara pulau Bali hadirnya lovina, gitgit, air panas banjar, dan air sanih merupakan daya tarik bagi para wisatawan untuk meluangkan waktunya berlibur ke pulau dewata ini.
Sebagai salah satu Kabupaten di Bali, Buleleng mengembangkan wilayahnya sebagai daerah pariwisata. Menurut Astawa(2009) pengembangan pariwisata di Kabupaten Buleleng tampak lebih menonjolkan keindahan alam yang dimilikinya. Daerah pariwisata yang telah cukup terkenal diantaranya adalah “Lovina” dengan pesona pantainya yang menghadap ke gunung (nyegara gunung), “Air Sanih” dengan kolam air tanah dan pesona pantainya yang juga menghadap ke gunung (nyegara gunung), serta Gitgit dengan suasana kesejukan udara pegunungan dan air terjunnya. Realitas yang telah terjadi terkait dengan pengembangan pariwisata di Kabupaten Buleleng tampaknya masih belum mampu menyaingi pariwisata di Bali selatan yang lebih menonjolkan pariwisata budayanya.
Pengembangan pariwisata di daerah Buleleng telah mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini diungkap kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng, Putu Tastra Wijaya dalam bali.antaranews  yang menyatakan:
Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Buleleng pada tahun 2010 tercatat 545.132 orang. Diduga Tahun 2011 akan mengalami peningkatakan pesat, mengingat hingga Mei lalu jumlah kunjungan sudah mencapai 156.500 orang. Dengan jumlah kunjungan Objek wisata yang banyak dikunjungi antara lain sumber air panas Banjar, Pantai Lovina, Air Terjun Gitgit, Air Sanih, Pura Beji, Pura Pulaki, Vihara Banjar, dan Taman Nasional Bali Barat.

Dari paparan diatas terlihat pengembangan derah Buleleng sebagai daerah tujuan wisata mengalami kemajuan yang pesat. Salah satu potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Buleleng adalah Kecamatan Sukasada. Kecamatan Sukasada merupakan bagian dari daerah administrasi Kabupaten Buleleng. Keberadaan desa-desa di Kecamatan Sukasada dipandang memiliki beragam potensi wisata yang patut untuk dikembangkan. Keberadaaan dari air terjun gitgit, air terjun bertingkat gitgit, air terjun aling-aling, air terjun kroya, air terjun cemara, air terjun pucuk, air terjun dedari, air terjun kembar, danau buyan, mongkey fores, recefield Teracdess ambengan dan berbagai potensi wisata di kecamatan sukasada dipandang akan menarik para wisatawan untuk berkunjung di daerah ini.
Hal senada diungkap oleh Hardhi(2011) dalam tulisannya yang berjudul ”Analisis Potensi Dan Pengembangan Desa Sambangan Sebagai Desa Wisata” yang menyatakan;
Desa Sambangan yang terletak di Kecamatan Sukasada adalah daerah dengan panorama perbukitan yang hijau, memiliki bendungan dan dikelilingi air terjun. Disamping dikelilingi air terjun serta sebuah bendungan yang sangat cocok untuk wisata alam seperti treking dan juga meditasi, karena banyak memilki tempat menawarkan ketenangan jiwa.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, Dipandang Kecamatan Sukasada memiliki potensi untuk dikembangkan. Keberadaannya yang cenderung menarik peratian wisatawan diasumsikan akan menambah pendapatan pariwisata masyarakat bali utara sebagai daerah wisata.  Namun keberadaan dari potensi pariwisata ini, kurang dikenal. Kecendrungan wisatawan luar maupun wisatawan lokal belum mengetahui potensi yang terkandung di Kecamatan Sukasada jika dilihat secara fisiografis daerah Sukasada yang mendukung untuk dikunjungi. Kurangnya sebuah informasi merupakan sebuah permasalahan yang dipandang dihadapi, Sehingga cenderung berimplikasi terhadap kunjungan wisata. Berkaitan dengan pemberian informasi erat kaitannya dengan tulisan ilmiah, penelitian, promosi, surat dan media massa, baik secara manual maupun elektronik. Hal inilah merupakan salah satu pembantu dalam menyebarluaskan informasi kepada wisatawan, pemerintah,  maupun masyarakat luas. 
Selain daripada itu Wisatawan luar baik lokal, nusantara maupun mancanegara, belum memiliki sebuah informasi yang dapat digunakan sebagai acuan para wisatawan untuk berkunjung ketempat wisata ini. Berkaitan dengan acuan suatu tempat atau lokasi suatu daerah, dipandang diperlukan peta. Oleh karena itu diperlukan sebuah aplikasi perpetaan atau imformasi dalam memetakan lokasi daerah wisata Kecamatan Sukasada.
Seiring dengan perkembangan Informasi dan komonikasi telah hadir berbagai penemuan-penemuan yang membantu manusia dalam memberikan informasi yang akurat mengenai keadaan suatu daerah, sehingga manusia dapat berpergian ke suatu tempat atau wilayah. Untuk itu  SIG hadir sebagai sebuah aplikasi perpetaan dalam pengolahan data baik secara manual dan digital, yang memberikan kemudahan bagi manusia dalam memetakan suatu daerah.
Aplikasi SIG hampir mencakup semua bidang kehidupan manusia, diantaranya adalah peranan SIG untuk bidang sumber daya alam, perencanaan, kependudukan, telekomunikasi, lingkungan, kesehatan, pertahanan, pariwisata, perpajakan dan militer (Prahasta, 2002: 6-8). Perwujudan data dalam bentuk peta yang dilukiskan dengan simbol warna, titik, bidang, dan garis yang umumnya digunakan dalam peta dua dimensi untuk mewakili setiap spasial yang berbeda akan sangat memudahkan pengguna untuk melihat perbedaan suatu fenomena.  Sedangkan manfaat yang diberikan SIG terutama adalah kemudahan yang akan diberikan dalam melihat fenomena kebumian dengan perspektif yang lebih baik(Widnyana, 2011).
Keunggulan dari Aplikasi SIG dalam perpetaaan sangat berpotensi digunakan sebagai sebuah acuan dalam memetakan lokasi suatu daerah dalam kaitannya dengan pengembangan pariwisata. Untuk mengembangkan pariwisata di Bali Utara, tidak cukup dengan teknologi sederhana dan pelaksanaannya setengah hati, setidaknya secara konseptual untuk dipergunakan dalam mengambil keputusan dalam kebijakan pemerintah dalam dunia pariwisata dan pengembangan daerah. Dibutuhkan data geografis yang akurat dan ilmiah(Astawa, 2009).
Apabila benar kecenderungan dari kurangnya informasi potensi wisata alam di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Tentunya Hal tersebut  tidak diinginkan oleh pemerintah maupun masyarakat Kecamatan Sukasada. Berdasarkan masalah tersebut menarik kiranya diangkat sebagai penelitian yang berjudul PEMETAAN POTENSI WISATA ALAM  KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG (Pendekatan Sistem Informasi Geografi )

D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
1.      Faktor fisiografis apa yang mendukung obyek wisata alam Kecamatan Sukasada?
2.      Bagaimana memetakan potensi wisata alam Kecamatan Sukasada dengan prinsif kerja SIG?

E.     TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuannya adalah:
1.      Untuk mengetahui Faktor fisiografis apa yang mendukung obyek wisata alam Kecamatan Sukasada?
2.      Bagaimana cara memetakan potensi wisata alam Kecamatan Sukasada dengan prinsif kerja SIG?

F.     MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.      Manfaat secara teoritis
Secara teoritis karya tulis ini bermanfaat dalam penambahan teori dalam menentukan faktor-faktor fisiografis dalam menunjang sebuah obyek menjadi tujuan wisata. Selain itu menambah referensi dalam memetakan sebuah daerah sebagai potensi wisata
2.      Manfaat secara praktis
1).Bagi masyarakat
Memberikan sebuah informasi tentang potesi wisata alam Kecamatan Sukasada.
2).Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu alternatif dalam pemberdayaan Kecamatan Sukasada daerah wisata.
3).Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan tentang faktor fisiografis menunjang sebuah obyek wisata dan menambah informasi dalam memetakan potensi wisata disamping menentukan kelas-kelas sebuah potensi wisata.

DAFTAR PUSTAKA

______ ,2011.Bappeda Provinsi bali. Kebijakan Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali( Disapaikan dalam rangka pertemuan ilmiah provinsi Bali tahun 2011
Arta, Sedana.2008. Integrasi Sosial Pada Subak Multietnik Di Kabupaten Buleleng. Undiksha(Tidak Diterbitkan)
Astawa,dkk.2009. Implementasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Dalam Mewujudkan Paket Wisata Budaya Berlandasakan Tri Hita Karana Di Pantai Utara Bali. Undiksha(Tidak Diterbitkan)
Prahasta, Edy. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika.
Wijaya, Putu Tastra. 2011. Arus Kunjungan Wisatawan Ke Buleleng Meningkat. Dikses Di http://bali.antaranews.com/berita/11761/arus-kunjungan-wisatawan-ke-buleleng-meningkat. diposkan pada Hari jutmat, 24 Juni 2011. Diakses pada tanggal 25 november 2011
Yasa, Hardi.2011. Analisis potensi dan pengembangan desa sambangan sebagai desa wisata.Skripsi(Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Geografi, Undiksha  Singaraja.












CONTOH LAPORAN STUDY TOOR GEOGRAFI


PERSEFEKTIF PANTAI

(DALAM KETERKAITAN ANTARA PEMBENTUKAN GUMUK PASIR/SAND DUNS DENGAN KEADAAN DAERAH PANTAI PARANGTRITIS YOGYAKARTA)
Logo Undiksha kementerian








OLEH :
                       NAMA             :           I NYOMAN SUPARIATA
                       KLS                  :           A
                       SEMESTER     :           V

 










JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2010

KATA PENGANTAR

 


            Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan karyatulis yang berjudul “PERSEFEKTIF PANTAI(DALAM KETERKAITAN ANTARA PEMBENTUKAN GUMUK PASIR/SAND DUNS DENGAN KEADAAN DAERAH PANTAI PARANGTRITIS YOGYAKARTA)” ini tepat pada waktunya.
            Dalam pembuatan Karyatulis ini, tentunya tidak telepas dari bantuan berbagai pihak. Maka dari itu, Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu. Semoga apa yang telah diberikan mendapat pahala yang setimpal dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.
            Dalam penulisan karyatulis  ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu diharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan karya ini. Disamping itu diharapkan karyatulis  ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


Singaraja,  27 Agustus 2010



Penulis








DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.      LATAR BELAKANG

Parangtritis adalah pantai terindah dan terpanjang di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai ini sudah dikenal sejak jaman Belanda sebagai tempat peristirahatan yang nyaman. Pantai ini sangat indah dan menawan dengan deburan ombak pantai selatan yang cukup besar. Bagi mereka yang hobi berselancar, meski terbatas, bisa melakukannya di pantai ini. Angin yang kencang berhembus dapat Anda manfaatkan untuk bermain layang-layang. Eloknya pemandangan sejauh mata memandang akan membuat hati Anda merasa tenteram.
Kindahan pantai parangtritis daerah yogyakarta ini dilengkapi oleh kehadiran penomena alam yang sangat menarik, yakni adanya gumuk-gumuk pasir (sand dune). Menurut ahli geologi, gumuk ini merupakan gumuk pasir terlengkap di Indonesia, bahkan mungkin dunia. Parangtritis telah lama terkenal, tidak hanya sebagai pantai yang mempertemukan bukit pasir, pantai dan tebing batu, tetapi juga sebagai tempat bersejarah yang berhubungan dengan legenda misterius tentang Ratu Laut Selatan, "Kanjeng Ratu Kidul." Legenda mengatakan Kanjeng Ratu Kidul menikah dengan salah satu keturunan Kerajaan Mataram, Panembahan Senopati, yang dia kunjungi dan berhubungan pada saat-saat tertentu. Di pantai ini banyak dijumpai tipe-tipe gumuk pasir dengan beragam model mulai dari parabola, lingkaran ataupun tapal kuda. Gumuk pasir sendiri merupakan hasil kerja dari angin yang bertiup di sepanjang Pantai Parangtritis, sehingga menghasilkan bentukan-bentukan yang cukup indah.
Keberaan humuk pasir ini tidak terlepas dari keadaan daerah pantai parangtritis. Oleh karenanya penulis tertarik untuk mengangkat judul megenai PERSEFEKTIF PANTAI(DALAM KETERKAITAN ANTARA PEMBENTUKAN GUMUK PASIR DENGAN KEADAAN DAERAH PANTAI PARANG TRITIS YOGYAKARTA.



1.2.RUMUSAN MASALAH

1.2.1.        Bagaimanakah proses pembentukan gumuk pasir didaerah parangtritis

1.2.2.        Bagaimana keadaan daerah pantai parangtritis .

1.2.3.        Bagaimana kaitan  antara keadaan daerah pantai parangtritis dengan munculnya gumuk-gumuk pasir



1.3.TUJUAN PENULISAN

1.3.1.        Proses pembentukan gumuk pasir didaerah parangtritis.

1.3.2.        Keadaan daerah pantai parangtritis .

1.3.3.        Kaitan  antara keadaan  daerah pantai parangtritis dengan munculnya gumuk-gumuk pasir.



 











BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Tinjauan Tentang Gumuk Pasir

Gumuk Pasir(Sand Dune) merupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean /eolean morphology( Adinugroho;2009). Gumuk pasir dapat terbentuk jika suatu daerah memiliki kondisi dengan persyaratan yakni; Tersedia material berukuran pasir halus sampai kasar dalam jumlah yang banyak, adanya periode kering dan tegas, adanya angin yang mampu mengangkat dan megendapkan bahan pasir tersebut, dan gerakan angin tersebut tidak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain(hary;2004).
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering). Gumuk pasir cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angin berhembus, hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan gumuk pasir pada umumnya kurang dari 30 meter pertahun.
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.
1.      Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
2.      Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
3.      Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.
4.      Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya bentukan baru disekitarnya (Uud,2009)

2.2.Tinjauan Tentang Pantai

Pantai (Shore) adalah daerah dimana air laut dan daratan bertemu.  Pantai berupa daratan yang sempit atau lebar dimana pengaruh air laut berpengaruh dalam cara pembentukkannya.  Daratan pantai di bentuk oleh perbedaan pasang surut air laut atau kegiatan maksimum ombak mencapai daratan. 
Garis pantai (shoreline) diartikan sebagai garis yang dibentuk pertemuan antara daratan dan permukaan tinggi air laut rata-rata dari ketinggian pasang surut laut. Pantai menurut mintakat pantainya dibagi menjadi 3 yaitu
1.      Pantai belakang (back shore) adalah daerah yang terletak di depan lereng terjal laut (sea cliff), biasanya berasosiasi dengan satu atau dua gundukan yang terbentuk oleh gelombang.
2.      Pantai depan (foreshore) adalah daerah yang terletak antara gudukan dengan hingga titik pasang surut terendah.
3.      Pantai lepas (off shore) adalah daerah yang meluas dari titik pasang surut terendah kearah laut(suktikno.1999).
Menurut terjadinya,pantai dapat dibedakan sebagai berikut :
·            Pantai Fyord
Pantai fyord merupakan pantai yang memiliki lekuk-lekuk menjorok jauh ke arah daratan seperti teluk sempit, tebingnya sangat curam dan lembahnya berbentuk U.  Pantai fyord berbatasan dengan laut dalam, tetapi ambangnya dangkal. Pantai fyord terjadi pada zaman es, lembah terkikis gletser sehingga terjadi lembah gletser yang dalam, srta berbentuk U. Pada akhir zaman es lembah gletser terisi air dan terjadi FYORD.
·            Pantai Ria
Bentuk pantai ini mirip dengan pantai fyord, perbedaannya hanya pada lembahnya tidak  dalam, tebingnya tidak curam dan bagian muaranya lebih lebar. Terjadinya pantai Ria dari lembah iasa yang terisi air, contoh : pantai Teluk Chesapeake di Amerika serikat.
·            Pantai Skeren
Pantai ini juga mirip pantai fyord, tetapi tidak terlalu masuk ke daratan dan di muka pantai terdapat pulau-pulai kecil berbatu, Contoh pantai Finlandia dan Swedia.
·            Pantai Berbukit Pasir
Pantai ini terbentuk dari pasang naik dan pasang surut air laut serta kerasnya tiupan angin laut yang membawa pasir ke arah darat. Apabila pantai surut, pasir kering yang terbawa angin ke darat menjadi bukit-bukit pasir, seperti pantai Parangtritis di Yogyakarta.
·            Pantai Berdanau atau pantai Laguna
Pantai berdanau adalah pantai yang mempunyai haff atau laguna (danau pantai) dan di depannya terdapat endapan pasir atau tanah sehingga air laut sebagian tergenang . Air di laguna bersifat payau, yaitu campuran antara air laut dan air tawar. Endapan pasir atau tanah yang menghalangi air laut di depan pantai disebut nehrung, misalnya pantai timur laut Jerman dan pantai Samas di Yogjakarta.
·            Pantai Liman
Pantai Liman adalah teluk kecil pada muara sungai sebagai akibat dasar muara sungai mengalami penurunan sehingga terjadi erosi, seperti pantai utara Laut Hitam.
·            Pantai Estuarium
Pantai ini hampir mirip dengan pantai Liman, yaitu terdapat sungai dengan muara yang lebar. Akan tetapi muara tersebut mengalami penurunan, trepengaruh pasang surut air laut serta keetika pasang naik muara sungai tergenang air laut, seperti muara sungai atau pantai di Sumatera bagian timur , yaitu muara sungai Rokan dan sungai Asahan.
·            Pantai Delta
Pantai ini terdapat di muara sungai yang landai da gelombangnya tidak besar. Hal ini mengakibatkan material hasil erosi di endapkan di muara sungai sehingga terbentuk delta dan pantai berdelta itu disebut pantai Delta.
·            Pantai Karang
Berdasarkan letaknya terhadap pegunungan, pantai dapat dibedakan sebagai berikut :
ü      Pantai Konkordan
Pantai konkordan adalah pantai yang terletak sejajar dengan pegunungan memanjang sepanjang pantai.
ü      Pantai Diskordan
Pantai Diskordan adalah pantai yang melintang terhadap pegunungan yang terdapat di tepi pantai . Dari jenis pantai tersebut pantai yang terbaik dijadikan pelabuhan adalah jenis pantai diskor .
ü      Pantai Netral
Pantai netral adalah pantai yang tidak berdekatan dengan pegunungan, tetapi berdekatan dengan dataran rendah, dataran tinggi, atau plato( anonym 2009)
Pantai menurut berapa para ahli dapat diklasipikasikan menjadi;
1.   Klasifikasi Gulliver,1889 dan Johnson,1919 dalam sutikno,1999. Pantai berdasarkan genetik dapat dibagi tiga klas yaitu:
·      garis pantai tenggelam
·      garis pantai terangkat
·      garis pantai netral hasil dari proses deposisi atau gerakan tektonik yang termasuk model ini seperti: pantai delta, dataran aluvial, pantai vulkanik dan pantai sesar.
2.   Klasifikasi Shepard (1964) dalam sutikno,1999.
Pantai berdasarkan klasifikasi genetik menekankan pada bentuk yang dihasilkan oleh proses marin, model klasifikasi ini ada dua yaitu:
·      Pantai primer atau muda, model ini ada empat macam yaitu:
proses denudasi subaerial dan tenggelam oleh transgresi resen/penurunan daratan tepi laut. Contohnya pantai Ria.
Ø  proses deposisi subaerial seperti: deposisi sungai, deposisi glasial, deposisi angin, perluasan oleh vegetasi.
Ø  proses aktifitas vulkanik seperti: pantai lava, pantai dengan bentuk lengkung.
Ø  proses gerakan tektonik seperti: pantai sesar, pantai pelipatan
·      Pantai primer atau dewasa disebabkan oleh tenaga marin, model ini ada tiga
Ø  proses erosi marin seperti pantai terjal.
Ø  proses deposisi marin: pantai barier, pantai cuspate foreland, dataran gisik, pantai rawa.
Ø  proses organik: pantai coral reef, pantai serpulid reef, pantai qyster reef, pantai mangrove, pantai rumput laut
·      Klasifikasi Cotton,1952 dalam sutikno,1999.