- PENGERTIAN TES TERTULIS
Tes
tulis adalah tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam
bentuk bahan tulisan. Tes tulis/tes hasil belajar digunakan untuk mengukur
pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten atau materi
tertentu. tes tertulis juga digunakan untuk mengukur dan menilai hasil belajar
siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran dengan tujuan pendidikan dan pengajaran(Suyono.2008.)
- BENTUK-BENTUK
TES
Telah
dibicarakan sebelum ini bahwa di sekolah seringkali digunakan tes buatan guru
(bukan standardized test). Ini disebut tes buatan guru (teacher made test). Tes
yang dibuat oleh guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian
hal yang dipelajari.
Dalam hal ini kita
bedakan atas dua bentuk tes, yaitu:
a. Tes
subyektif, yang pada umumnya berbentuk essay (uraian). Tes bentuk essay adalah
sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan
atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan kata-kata
seperti: jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya.
1) Kebaikan-kebaikannya:
1.
Mudah disiapkan dan disusun.
2.
Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atas
untung-untungan.
3.
Mendorong siswa untuk berani megemukakan pendapat serta
menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
4.
Memberi kesempatan pada siswa untuk mengutarakan
maksudnya dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri.
5.
Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu
masalah yang diteskan.
2)
Keburukan-keburukannya;
a)
Kadar validitasnya dan realibitas rendah karena sukar
diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah
dikuasai.
b)
Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope
bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c)
Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur
subyektif.
d)
Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan
pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e)
Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan
kepada orang lain.
3)
Petunjuk
penyusunan
a)
Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok
dari bahan yang diteskan dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya
komprehensif.
b)
Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang
disalin langsung dari buku atau catatan.
c)
Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi
dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
d)
Hendaknya diusahaakan agar pertanyaan bervariasi
antara”jelaskan” ”mengapa”, ”bagaimana”, ”seberapa jauh”, agar dapat diketahui
lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
e)
Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah dipahamin oleh tercoba.
f)
Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki
oleh penyusun test. Untuk ini pernyataannya tidak boleh terlalu umum, tetapi
harus spesifik.
Contoh:
Coba
jelaskan tentang peringatan hari ulang tahun kemerdekaan RI.
Pertanyaan ini
kurang spesipik. Sebaiknya ditambah penjelasan sehingga menjadi;
Coba jelaskan
tentang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
RI yang diadakan dikabupaten
tanggal 17 Agustus 1945yang lalu, Ceritakan mengenai;
a. Pengaturan
tempat.
b. Pejabat
dan undangan yang hadir.
c. Acara
peringatan.
d. Atraksi
yang disungguhkan.
e. Hidangan
yang diberikan.
b. Tes obyektif
Tes
obyektif adalah test yang didalam pemeriksaanya dapat dilakukan secara
obyektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tes
essay.
Dalam
penggunaan tes obyektif jumlah soal yang diajukan lebih bannyak daripada tes
essay. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan
30-40 buah soal.
1.
kebaikan-kebaikannya:
a)
Mengandung lebih banyak segi yang positif, misalnya
lebih representative mewakili isi dan luas bahan, lebih obyektif, dapat dihindari
capur tangannya unsur-unsur subyektif baik dari segi siswa maupun segi guru
yang memeriksa.
b)
Lebih mudah dan cepat cara memereksanya karena dapat
menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c)
Pemeriksaan dapat diserahkan orang lain.
d)
Dalam pemereksaan tidak ada unsure subyektif yang
mempengaruhi.
2.
kelemahan-kelemahannya:
a)
Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada
tes essay karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari
kelemahan-kelemahan yang lain.
b)
Soal-soalnya cendrung untuk mengungkapkan ingatan dan
daya pengenalan kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental yang
tinggi.
c)
Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d)
Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes
lebih terbuka.
e)
persiapan untuk menyusunnya lebih mudah dai tes essay.
3.
cara mengatasi kelemahan :
a)
kesulitan menyusun tes obyektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus menerus hingga
betul-betul mahir.
b)
Menggunakan table spesifikasi untuk mengatasi kelemahan
nomor satu dan dua.
c)
Menggunaka norma (standar) penilaian yang
memperhitungakan factor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif.
- MACAM-MACAM
TEST OBYEKTIF
a. Tes benar-salah (true false),
Soal tes ini
berbentuk kalimat berita atau pertanyaan yang Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement
tersebut ada yang benar dan salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai
masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu
betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataan itu salah.
Contoh:
-B - S Tes bentuk obyektif banyak memberii peluang testee
untuk bermain spekulasi.
Bentuk benar-
salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni:
·
Dengan
Pembetulan (with correction yaitu siswa diminta membetulkan bila a memilih
jawaban yang salah).
·
Tanpa
Pembetulan (without correction yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B
atau S tana memeberikan jawaban yang betul ).
1)
Kebaikan tes
Benar-Salah:
a)
Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan
tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaan singkat saja.
b)
Mudah menyusunnya.
c)
Dapat dipergunakan berkali-kali.
d)
Dapat dilihat secara cepat dan obyektif.
e)
Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.
f)
Mudah dan cepat dalam menilai
2) Keburukannya:
a)
Sering membingungkan.
b)
Mudah ditebak/diduga.
c)
Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan
dua kemungkinan benar atau salah.
d) Hanya
dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.
3) Petunjuk penyusunannya:
a)
Tuliskan huruf B-S pada permulaan masing-masing item
dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menialai (scoring).
b)
Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B
sama dengan butir soal yang harus dijawab S. dalam hal ini hendaknya pola
jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c)
Hindari item yang masih bisa diperdebatkan, contohnya:
B-S. kekayaan
lebih penting daripada kepandaiaan.
d)
Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan
buku.
e)
Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecendrungan
memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya:
semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya.
4)
Cara mengolah
skor:
Rumus
untuk mencari skor akhir bentuk benar-salah ada 2 macam, yaitu:
a)
Dengan denda,
|
Keterangan:
S = skor yang
diperoleh
R = right
(jawaban yang benar)
W = wrong
(jawaban yang salah)
Contoh:
Jumlah soal tes
= 20 soal
A menjawab betul
16 buah dan salah 4. Maka skor untuk A adalah :
16 – 4 = 12
Dengan
menggunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh
skor negatif.
b)
Tanpa denda,
|
Yang dihitung
hanya yang betul. (untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0).
b. Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test)
Multiple
Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih satu dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan, atau Multiple Choice Test
terdiri atas bagian keterangan(stem), dan bagian kemungkinan jawaban atau
alternatif (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban
yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
1) Penggunaan tes pilihan ganda
Tes bentuk
pilihan ganda (PG) ini merupakan bentuk tes obyektif yang paling banyak
digunakan karena banyak sekali materi yang dicakup.
Bentuk-bentuk
soal yang digunakan di dalam EBTANAS maupun SPMB ada 4 variasi:
a) Pilihan
ganda biasa.
b) Hubungan
antar hal (pernyataan-SEBAB-pernyataan).
c) Kasus
(dapat muncul dalam berbagai bentuk).
d) Diagram,
gambar, table dan sebagainya.
e) Asosiasi.
f) Contoh
soal bentuk asosiasi.
Petunjuk
Pilihan.
(A)
Jika (1), (2), (3) betul
(B)
Jika (1), dan (3) betul
(C)
Jika (2) dan (4)
(D)
Jika hanya (4) yang betul
(E)
Jika semuanya betul.
Soal :
Ditinjau dari tata
bentuk kata, maka gabungan kata yang betul diantara empat gabungan kata
berikut:
(1)
Perserikatan bangsa-bangsa
(2)
Para alumnus
(3)
Suatu pemikiran-pemikiran
(4)
Dewan gereja.
Contoh soal bentuk
hubungan antar hal yang terdiri dari dua
buah pernyataan dengan kata “sebab” diantara keduanya sudah disajikan sebagai
contoh soal analisis.
2)
Petunjuk
penyusunan
Pada dasarnya,
soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar-salah juga, tetapi dalam
bentuk jamak. Tercoba (testee) diminta membenarkan atai menyalahkan setiap stem
dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau
empat buah, tetapi ada kalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan
diolah dengan computer banyaknya option diusahakan 4 buah).
Contoh:
Kambing
dapat digolongakan sebagai:
a. Kata
sifat
b. Kata
bilangan
c. Kata
benda
d. Kata
kerja.
Cara menulis soal
di atas adalah lebih baik daripada jika pilihan jawaban disusun ke samping.
Misalnya:
1.
She (go, going, went, has gone) to school yesterday.
2.
I have (to be,
was, been) working since early in the morning.
Hal
demikian akan mempersukar dan mnghambat jalannya pemeriksaan. Cara mengatasinya
ialah dengan menyediakan tempat tersendiri untuk menuliskan jawaban-jawaban
itu.
Cara
memilih jawaban dapat dilakukan dengan jalan:
a)
Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.
b)
Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap
benar).
c) Melingkari
atau memberi tanda kurung pada huruf di
depan jawaban yang diangagap benar , yang sering kita temui adalah melingkari
huruf didepan jawaban yang dianggap benar.
d) Membubuhkan
tanda kali (X) atau tambah (+) di dalam kotak atau tanda kurung di depan
jawaban yang telah disediakan.
e) Menuliskan
jawaban pada tempat yang telah disediakan.
3.hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam tes pilihan ganda
a) Intruksi
pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disetai contoh
mengerjakannya.
b) Dalam
multiple choice tes hanya ada “satu’ jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal
tinggkat-tingkatan benar, misalnya benar no satu, benar no dua dan sebagainya.
c) Kalimat
pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkean manapun yang apat
dipilih.
d) Kalimat
pada butir soal hendaknya sesingkat mungkin
e) Usahakan
menghindarkan penggunaan bentuk negative dan kalimat pokoknya.
f) Kalimat pokoknya dalam setiap butir soal,
hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.
g) Gunakan
kata-kata; “manakah jawaban yang paling baik”,”pilihlah satu yang pasti lebih
baik dari yang lain”,bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.
h) Jangan
membuanng bagian dari suatu kalimat.
Contoh:………kita
sudah merdeka……..
Kita bekerjasama kita masing-masing.
a.
Andaikata…..maka
b.
Meskipun……boleh
c.
Negara…..maka
d.
Walapun……tidak seharusnya
e.
Tahun 19545…dan
i)
Dilihat ddari segi bahasanya, butir-butir soal jangan
terlalu sukar.
j)
Tiap butir soal
hendaknnya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat kompleks.
k)
Bila dapat disusun urutan logis antar
pilihan-pilihan,urutkanlah(misalnya:urutan tahun, urutan alpabet dan
sebagainya).
l)
Susunlah agar jawaban manapun mempunyai keseuaian
tata-bahasa dengan kalimat pokoknnya.
m)
Alternatif yang disajikan hendaknya agar seragam dengan
panjangnya, sifat uraiannya maupun tarap teknis.
n)
Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknnya agar
besipat homogen mengenai isinya dan bentuknya.
o)
Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat.
Bilamana terdapat kesukaran buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai
jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tambahan hendaknnya jangan terlalu
gampang diterka karena bentuknya ayau isi.
p)
Hindari pengulanagan suara atau penggulangan kata pada
kalimat pokok di alternatif-altenatifnya, karena anak akan cenderung memilih
alternative yang mengandung pengullangan tersebut. Hal ini disebabkan karena
dapat diduga itulah jawaban yang benar.
q)
Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku
pelajaran. Karena yang terungkap mungkin bukan pengertian bukan hapalannya.
r)
Alternative-altenatif hendaknya janngan tumpang-suh,
jangan inklusif dan jangan sinononim.
s)
Jangan gunakan kata-kata indicator seperti selalu,
kadang-kadang, pada umumnya.
4.
Cara mengolah skor
Untuk mengolah
skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini digunakan 2 macam rumus pola.
a)
Dengan denda,dengan rumus;
![]() |
|||
|
|||
|
![]() |
b)
Tanpa denda,dengan rumus;
|
c. Menjodohkan (Matching Test)
1.
pengertian
Matching
test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokan, memasangkan
atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pernyataan dan satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai pertanyaaan dann satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan
mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari
dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.
Contoh: pasangkanlah pertanyaan yang
ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan dengan cara menempatkan
huruf yang terdapat di muka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang
disediakan di lajur kanan.
a)
Transmigrasi………………………………. 1. masuknya
Penduduk dari
Negara lain.
b)
Imigrasi ……………………………………. 2. pindahnya
Penduduk ke
Negara lain.
c)
Emigrasi…………………………………….. 3. pindahnya penduduk dari desa ke kota .
……………………………….. 4. pindahnya
penduduk antar pulau di dalam satu Negara.
Cara menjawabnya dapat ditulis lengkap nama kotanya :
Misalnya:
Jepang dengan ibukota : Tokyo
Rusia dengan ibukota : Moskwo
Tetapi dapat juga
hanya menuliskan huruf yang ada di depan nama kota yang dipilihnya.
Misalnya:
1.
Jepang dengan ibukota :
(d)
2.
Rusia dengan ibukota : (e)
Kiranya cara yang
kedua ini lebih efisien, baik dipandang dari segi guru yang akan memeriksa
pekerjaan tersebut.
Bentuk matching
test ini dapat pula dipandang sebagai
multiple choice berganda.
2. petunjuk penyusunanya
Petunjuk-petunjuk
yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
a)
Seri pertanyaan dalam matching tes hendaknya tidak
lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu
akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak
dapat dijadikan dua seri.
b)
Jumlah jawaban yang harus dipilih harus lebih banyak
daripada jumlah soalnya (kurang lebih satu setengah kali), dengan demikian
murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang senuanya mempunyai kemungkinan
benarnya, sehingga murid terpaksa lebih memepergunakan pikirannya.
c)
Antara item-item yang tergabung dalam satu seri
matching tes harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar hoomogen.
Misalnya:
Di sebelah kiri
terdapat nama kota .
Di sebelah kanan terdapat nama propinsi. Coba isi titik-titik yang tersedia di
sebelah kiri dengan huruf di depan nama propinsi di mana kota tersebut berada.
1.
Cirebon a. Jawa Timur
2.
Semarang b. Jawa Barat
3.
Surabaya
c. Jawa Tengah
4.
Makasar d.
Bali
5.
Denpasar e.
Sulawesi Selatan
|
Artinya , skor
terakhir dihitung jawaban yang benar saja.
d. Tes Isian (Completion Test)
1) Pengertian
Completion Test
biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. Completion Test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus
diisi oleh murid ini adalah pengertian yang kita minta dari murid.
Contoh:
-
Colombus menemukan benua Amerika pada tahun………
Misalnya:
-
Di mulut, makanan dikunyah dan dicampur dengan………..(1)
yang mengandung………(2)berguna untuk menghancurkan……..(3) kemudian di telan
melalui……..(4) dan seterusnya.
Jawaban-jawaban
tidak perlu ditulis ditempat yang dikosongkan, sebab cara demikian akan
menyukarkan pemeriksanya. Tetapi sediakanlah tempat tersendiri dengan nomor
urut ke bawah. Oleh karena itu dalam membuat soal, tempat-tempat isian harus
diberi nomor seperti di atas.
Contoh tempat
jawaban:
1.
………….
2.
………….
3.
………….
4.
………….
Dengan demikian
akan mempermudah dan mempercepat waktu pemeriksaannya. Perlu diperhatikan bahwa
dalam menyusun soal-soal melengkapi, jangan lupa memberikan “kunci pembuka”
untuk dapatnya soal-soal itudikerjakan.
Misalnya:
…………….menemukan………….pada
tahun………
Soal di atas
adalah tidak memberikan kunci pembuka. Oleh karena itu, tidak dapat dikerjakan
atau dapat dikerjakan dengan berbagai macam jawaban. Tetapi dengan membubuhkan completion test, Columbus di bagian muka
menjadi tegas jawabannya.
|
Sama dengan
matching.
2) Petunjuk penyusunan
Saran –saran
dalam menyusun tes bentuk isian iini adlah sebagai berikut:
a)
Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat
merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
b)
Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang tertera pada
buku/catatan.
c)
Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d) Diusahakan
hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e)
Jangan mulai dengan tempat kosong.
Misalnya:
Ibukota Indonesia
adalah ………..(lebih baik)
………adalah
ibukota Indonesia
(kurang baik)
3) Bagaimanakah digunakan tes subyektif?
Tes bentuk essay
digunakan apabila:
a)
Kelompok yang akan tes kecil dan tes itu tidak akan
digunakan berulang-ulang.
b)
Tester (guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis.
c)
Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap
siswa daripada hasil yang telah dicapai.
d)
Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.
4) Bilamanakah digunakan tes obyektif ?
a)
Kelomok yang akan di tes besar dan tesnya akan
digunakan lagi berkali-kali.
b)
Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat
dipercaya(mempunyai reliabilitas yang tinggi)
c)
Guru lebih mamppu menyusun tes bentuk obyektif daripada
tes bentuk essay (uraian)
d)
Hanya mempunyai
waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk
menyusun tes.
Pada
umunya , guru seyogyanya menggunakan dua macam bentuk tes ini dalam
perbandingan 3:1, yaitu 3 bagian untuk tes obyektif dan 1 untuk tes uraian.
- PENGUKURAN
RANAH AFEKTIF
Pengukuran
ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran ranah
afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal )
karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu.
Pengubhan sikap seseorang memerlukan
waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta
nilai-nilai.
Di
dalam Petunjukk Pelaksanaan Penilaian Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB) disebutkan bahwa penilaian ranah kognitif bertujuan mengukur
pengembangan penalaran sedangkan tujuan penilaian afektif adalah:
a.
Untuk mendaptkan umpan balik (feedback) baik bagi guru
maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan
mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
b.
Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak
didiknya yang dicapai yang antara lain diperlukan sebgai bahan bagi: perbaikan
tingkah laku anak didiknya, pemberian laporan kepada orang tua dan penentuan
lulus tidaknya anak didik.
c.
Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar
mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dari kemampuan serta
karakteristik anak didik.
d.
Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan
kelainan tingkah laku anak didik.
Sehubungan dengan
tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran penialaian kawasan afektif
adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Sebagai contoh, siswa bukan
dituntut untuk mengetahui sebab-sebab dibentuknya BPUPKI, tetapi bagaiman
sikapnya pembentukan BPUPKI tersebut.
Pertanyaan afektif
tidak menuntut jawab, benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang
dirinya mengenai minat, sikap dan internalisasi nilai.
Pertanyaan:

Belanda kurang lebih tiga setengah abad
karena kurangnya persatuan.”
Keterangan:
SS = sangat setuju; S = setuju; TS
= tidak setuju; STS = sangat tidak setuju; BL = Blangko
Pertanyaan ini bukan mengukur sikap
tetapi pengetahuan, mengapa?
Sebab apabila anak mengisi TS dapat
diketahui bahwa ia tidak tahu bahwa bangsa Indonesia dijajah tiga setengah
abad atau karean kurangnya persatuan.
Setuju/tidak setuju menunjukkan:
benar/salah.
Sebelum mekukan penilaian terhadap
aspek afektif, sama halnya dengan mengukur aspek kognitif, guru diharapkan
mendaftar materi yang dicakup dihubungkan dengan TIU dan TIK-nya. Sebagai
pengganti TIU adalah yang disebut sebagai nilai dasar. Di dalam PSPB
nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah hasil jabaran dari konsep daasar yang
tercantum dalam GBHN 1983, yang kemudian dituangkan menjadi dasar
kebijaksanaan pokok tentang PSPB .
Jenis-jenis skala sikap
1) Skala
Likert
Skala ini disusun
dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 5 respons yang menunjukkan
tingkatan. Misalnya:
SS =
Sangat setuju
S = setuju
TB = Tidak
berpendapat
TS = Tidak setuju
STS = Sangat
tidak setuju
2) Skala
pilihan ganda
Skala ini
bentuknya sperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti
oleh sejumlah alternative pendapat.
Contoh
:
Dalam suatu
upacara bendera:
a.
Setiap peserta upacara harus dengan khidmat mengikuti
jalannya upacara tanpa kecuali.
b.
Peserta diperbolehakan berbicara asal dalam batas-batas
tertentu dan tidak menganggu jalannya upacara.
c.
Dalam keadaan terpaksa peserta boleh berbicara tetapi
hanya dengan berbisik.
d.
Peserta boleh (merdeka) berbicara asal tertib.
Skala seperti ini
dikembangkan oleh Inkels, seorang ahli penilaian di Stanford University .
3) Skala
Thurstone
Skala ini
merupakan skala skala yang mirip skala Likert karena merupakan suatu instrumen
yang jawabannya menunjukkan tingkatan.
1 2 3 4 5 6 6 7 8 9 10
A B C D E F G H I J K
Very neutral very
Favourable unfavourable
Pernyataan yang
diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone kira-kira 10 butir, tetapi
tidak kurang dari 5 butir.
4) Skala
Guttman
Skala ini sama
dengan yang disusun oleh Bogardus, yaitu berupa tiga atau empat buah pernyataan
yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan
tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila responden setuju
pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1. Selanjutnya jika responden
setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.
Contoh :
1. Saya
mengizinkan anak saya bermain ke tetangga.
2. Saya
mengizinkan anak saya pergi ke mana saja ia mau.
3. Saya
mengizinkan anak saya pergi kapan saja dan ke mana saja.
4. Anak saya bebas pergi ke mana saja tanpa minta
izin terlebihh dahulu.
5) Semantic
Differential
Instrument yang
disusun oleh Osgood dan kawan-kawannya ini mengukur konsep-konsep untuk tiga
dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori: baik-tidak baik,
kuat-lemah dan cepat-lambat, atau aktif-pasif, atau dapat juga berguna-tidak
berguna. Dalam buku Osgood dikemukakan adanya 3 faktor untuk menganalisis
skalanya:
a) Evaluation
(baik-buruk)
b) Potency
(kuat-lemah)
c) Activity
(cepat-lambat)
d) Familiarity
(tambahan Nunnaly)
Contoh :
Main Musik
Baik 1 2 3 4 5 6 7 Tidak
Baik
Berguna 1 2 3 4 5 6 7 Tidak
berguna
Aktif 1 2 3 4 5 6 7 Pasif
Cara ini dapat
digunakan untuk mengetahui minat atau pendapat siswa mengenai sesuatu kegiatan
atau topik dari suatu mata pelajaran.
6) Pengukuran
minat
Di samping
menggunakan skala seperti dicontohkan di atas minat juga dapat diukur dengan
cara seperti di bawah ini;
A.
Mengunjungi perpustakaan: SS S B AS TS
STS
B.
Sandiwara :
SS S B AS TS
STS
Pilihan : senang,
sampai dengan sangat tidak senang
dapat ditentukan sendiri seberapa suka. Boleh juga diteruskan sampai 11 angka.
- PENGUKURAN
RANAH PSIKOMOTOR
Pengukuran
ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai
dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya penampilannya dalam
mengguanakan thermometer diukur mulai dari pengetahuan mereka mengenai alat
tersebut, pemahaman tentang alat dan penggunaanya (aplikasi), kemudian baru
cara menggunakannya dalam bentuk keterampilan.
Untuk
pengukuran yang terakhir ini harus diperinci antara lain: cara memegang, cara
meletakkan,/menyelipkan ke dalam ketiak atau mulut, cara membaca angka, cara
mengembalikan ke dalam tempatnya, dan sebagainya. Ini semua tergantung dari
kehendak kita, asal tujuan pengukuaran dapat tercapai.
Instrumen yang
digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa matriks. Ke bawah menyatakan
perperincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur, ke kanan menunjukkan
besarnya skor yang dapat dicapai.
Contoh: Instrumen untuk mengamati
keterampilan praktek memasak (dalam skala 5)
Nama : A. Kelas:…………..
NO
|
KETERAMPILAN
|
SKOR
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Terampil menyiapkan alat
Tekun dalam belajar
Menggunakan waktu sangat efektif
Mampu bekerja sama
Memperhatikan keselamatan kerja
Memperhatikan kebersihan
Hasil masakan enak
|
|
X
|
X
X
X
|
X
|
X
X
|
Keseluruhan hasil sesuai dengan
skor yang diperoleh,
Untuk A ini skornya adalah:
5+3+2+3+3+5+4
= 25 = 3, 57
7
7
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto, H. 2005. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar