Rabu, 09 Mei 2012

laporan kkl tahun 2010


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Bali adalah salah satu pulau di Indonesia yang memiliki berbagai keunikan fenomena-fenomena alam. Hal ini ditandai dengan perbedaan kondisi geografis antar wilayah bagian utara dan bagian selatan. Perbedaan kondisi fisik tersebut dapat dilihat dari iklim, formasi geologi, geomorfologi, hidrologi, keadaan tanah dan penggunaan lahan. Bali juga memiliki keunikan sosial ekonomi dan budaya. Keunikan kondisi fisik dan sosial Bali terbentuk akibat adanya sistem kearifan lokal (local genous) masyarakatnya yaitu konsep berpikir yang merupakan suatu sintesis antara ketajaman analisis dan kepekaan antara rasa. karakter kondisi fisik dan sosial tersebut mengarahkan Bali dalam pengembangan pariwisata dan pertanian.
Menurut astawa(2009) Kemasyuran Bali sebagai daerah pariwisata sangat ditunjang oleh keunikan sosial budaya yang dimiliki masyarakat Bali dengan Agama Hindu sebagai pemberi karakter yang dominan, di samping juga keindahan alam yang dimiliki daerah sepanjang perjalanan dari singaraja sampai gilimanuk memiliki keunikan tersendiri, yakni dalam morfologi daerahnya, Sehingga pengembangan pariwisata banyak ditonjolkan misalnya; “Lovina” dengan pesona pantainya yang menghadap ke gunung(nyegara gunungnya).
Morfologi daerah bali utara memberikan nuansa tersendiri bagi kehidupan masyarakat buleleng khususnya. Walaupun kita tahu daerah bali bagian utara ini, Kondisi alam yang dimiliki merupakan daerah yang kering terutama di daerah pegunungan Buleleng barat dan Buleleng Timur. Sehingga membuat Buleleng tak bisa mengandalkan pertanian tanah basah. Namun keadaan ini justru membawa Buleleng sebagai daerah perkebunan penghasil buah-buahan seperti jeruk, cengkeh, dan kopi di daerah pegunungan, sedangkan sepanjang daerah pesisir adalah penghasil buah anggur dan tembakau(Anonim.2008).
Kecamatan gerogak merupakan kecamatan di daerah buleleng yang memiliki keunikan tersendiri diantaranya kecamatan lainnya. Apabila dilihat dari masing-masing kecamatan di buleleng kecamatan gerokgak merupakan kecamatan terluas yakni 26,11% dari luas buleleng. Kecamatan gerokgak terdiri dari 14 desa/kelurahan.  Salah satu desa di kecamatan gerokgak yang memiliki keunikan tersendiri di kecamatan gerokgak. Desa penyabangan adalah daerah yang paling unik dijadikan suatu obyek penilitian. Desa penyabangan selain memiliki keunikan sebagai desa pengasil tiram mutiara(eka,2009) desa ini juga memiliki keunikan dalam pengelolaan lahan didaerahnya, yakni sebagai sentral penanaman jagung. Pemampatan jagung sebagai alternatif tanaman  didaerah ini merupakan suatu pendayagunaan lahan kering didaerah ini. Oleh karenanya penulis tertarik mengangkat laporan yang berjudul “JAGUNG SEBAGAI TANAMAN ALTERNATIF LAHAN KERING DI DESA PENYABANGAN KECAMATAN GEROGAK”

1.2.Rumusan masalah
1.2.1.      Bagaimana teknik budidaya tanaman jagung?
1.2.2.      Kenapa tanaman jagung digunakan sebagai tanaman alternatif lahan kering di desa Penyabangan kecamatan Gerokgak?

1.3.Tujuan penulisan
1.3.1.      Untuk mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman jagung.
1.3.2.      Untuk mengetahui Kenapa tanaman jagung digunakan sebagai tanaman alternatif lahan kering di desa Penyabangan kecamatan Gerokgak.

1.4.Mamfaat penulisan
1.4.1.      Teoritis
Secara teoritis laporan ini bermanfaat sebagai referensi dalam mengetahui tentang bagaimana jagung sebagai tanaman alternatif lahan kering.
1.4.2.      Praktis
Secara praktis laporan ini bermanfaat sebagai referensi bagi pembaca untuk  penelitian berikutnya.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Mengenai Jagung
2.1.1. Pengertian Jagung
JagungJagung(Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi(http://www.staklimkarangploso.net/index.php?option=com_content&view=article&id=12&Itemid=39).
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
2.1.2. Asal Usul Tanaman Jagung
Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu. Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar(zamzam,2009).
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn(annas.2007).
2.1.3.Jenis Tanaman Jagung
Jenis tanaman jagung menurut (http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20jagung.pdf) dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.
a) Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan:
1.      Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna.
2.       Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.
3.       Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima dan Harapan.
b) Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan:
1.      Dent Corn
2.      Flint Corn
3.      Sweet Corn
4.      Pop Corn
5.      Flour Corn
6.      Pod Corn
7.      Waxy Corn
Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas. Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.
2.1.4. Syarat Hidup Tanaman Jagung
Menurut (http://www.agromaret.com/artikel/641/manfaat_tanaman_jagung) Syarat hidup tanaman jagung terdiri dari 2 syarat, yakni;
Syarat iklim
·      Tanaman jagung tumbuh di tanah tropic dan sub tropik
·      Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh
·       Ketinggian tempat antara 0-1300 m dpl
·      Suhu udara 13 -38 derajat celcius Selama pertumbuhan, jagung membutuhkan suhu optimum 23-27 derajat celcius (suhu bukan masalah bagi perkembangan jagung).
·      Curah hujan optimum adalah 100 mm-125 mm per bulan
·      Untuk pertumbuhan dan produksi jagung memerlukan penyinaran matahari penuh
Syarat tanah
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu, atau lempung berpasir dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase baik, serta endap air. Keadaan tanah ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanahnya subur, gembur dan kaya bahan organik. Tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan penurunan produksi jagung hingga 15%.
Tanaman jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat menimbulkan hasil yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH tanah di bawah 5,7 pada jagung cendrung menurun.
Jenis tanah di Indonesia dengan jenis tanah podsolik merah kuning (PMK) yang mempunyai pH tanah rata-rata rendah (masam) untuk penanaman jagung perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
        2.1.5.  Kandungan Gisi Tanaman Jagung
Menurut(http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung) Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:


·       Kalori : 355 Kalori
·       Protein : 9,2 gr
·       Lemak : 3,9 gr
·       Karbohidrat : 73,7 gr
·       Kalsium : 10 mg
·       Fosfor : 256 mg
·       Ferrum : 2,4 mg
·       Vitamin A : 510 SI
·       Vitamin B1 : 0,38 mg
·       Air : 12 gr


Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.

2.1.6. Pemanfaatan Tanaman Jagung

Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
Selain itu menurut(http://www.agromaret.com/artikel/641/manfaat_tanaman_jagung) Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. DiIndonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain:
a)        Batang dan daun muda: pakan ternak
b)        Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos
c)        Batang dan daun kering: kayu bakar
d)       Batang jagung: lanjaran (turus)
e)        Batang jagung: pulp (bahan kertas)
f)         Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng
g)        Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
2.2. Tinjauan Mengenai Lahan
2.2.1.Pengertian Lahan
Lahan merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia(dana,tt).
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam munir,2003). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu.
2.2.2. Karakterististik Lahan
Karakteristik lahan menurut munir(2003)adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestiminasi. Contoh:kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan sebagainnya. Sebagai satuan peta lahan yang dhasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan, karakteristiknya dirinci dan diuraikan yang menyangkut keadaan lingkungan fisik dan tanahnya.
2.2.3.Klasifikasi Bentuk Lahan
Klasifikasi bentuk lahan didasarkan pada: genesis, proses, dan batuan, seperti yang dikemukakan oleh Verstappen, 1985 dalam Suprapto, 1997; 31-104. Berdasarkan genesanya bentuk lahan dibedakan menjadi 9  jenis, yaitu;
a)                  Bentuk lahan bentukan asal vulkanis, merupakan bentukan lahan dari proses vulkanisme atau gerakan magma yang naik ke permukaan bumi. Contoh bentukan lahan vulkanis yaitu : Kawah, Kaldera, Kerucut gunungapi, Lereng atas gunungapi, Lereng tengah gunungapi, Lereng bawah gunungapi, Lereng kaki fluvial gunungapi, Lembah gunungapi (barranco), Medan lava, Medan lahar, Volcanic neck, Bocca, Kubah lava, Dataran tinggi lava, Dataran fluvial gunung api, dan Sumbat lava.
b)                 Bentuk lahan bentukan asal struktural, merupakan bentukan lahan yang terbentuk karena adanya proses endogen yakni proses tektonik atau diatrofisme. Proses ini dapat berupa pengangkatan,  penurunan dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi yaitu 1) lipatan, 2) Patahan. Contoh bentukan lahan struktural meliputi: Dinding terjal, Rombakan kaki lereng, Lahan rusak, Daerah dengan gerak masa, Kerucut talus (kipas koluvial), dan Monadnock.
c)                  Bentuk lahan bentukan asal proses denudasional, merupakan bentukan lahan hasil dari proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan dan proses pengendapan. Bentukan lahan asal proses ini biasanya terdapat pada daerah dengan Topografi berombak, bergelombang, berbukit atau bergunung yang berbatuan lunak (akibat dari proses pelapukan) dan beriklim basah sehingga bentuk srukturnya tidak nampak lagi karena adanya gerak masa batuan. Adapun beberapa fenomena yang nampak pada bentukan lahan asal denudasional antara lain;  pegunungan denudasional, perbukitan denudasional, perbukitan terisolasi, nyaris dataran, lereng kaki, gabungan kipas aluvial, dinding terjal, rombakan kaki lereng, lahan rusak, daerah dengan gerak masa, kerucut talus (kipas koluvial), dan monadnock.
d)                 Bentuk lahan bentukan asal proses fluvial, merupakan  bentuk lahan yang disebabkan oleh proses fluvial yakni proses air mengalir baik memusat (sungai) maupun oleh aliran permukaan bebas (overland flow). Ketiga akitivitas ini mencangkup; erosi, transportasi, dan deposisi/sedimentasi. Adapun contoh bentukan asal proses fluvial yaitu: daratan aluvial, dasar sungai/sungai mati, rawa belakang, daratan banjir, tanggul alam, lakustrin, ledok fluvial, gosong lengkung alam (point bar), teras fluvial, kipas aluvial, crevasse-spalaye, delta dengan berbagai tipenya, dan igir fluvial.
e)                  Bentuk lahan bentukan asal proses marin, merupakan bentukan lahan yang terjadi akibat pasang surut, gelombang air laut. Bentukan lahan ini biasannya terdapat di pesisir lautan. Kenampakan-kenampakan yang bisa muncul dari aktivitas marin ini meliputi; rataan pasang surut, platform, chiff dan notch, spit, lidah gosong pasir laut, ledok antara beting pasir laut, hamparan lumpur, daratan pantai, daratan aluvial pantai, teras marin, gisik, beting gisik, tombolo, dan lagun.
f)                  Bentuk lahan bentukan asal proses angin (aeolin), merupakan bentuk lahan diakibatkan oleh proses angin, gerakan udara dapat membentuk bentuk lahan yang spesifik, dan berbeda dari proses yang lainnya. Bentuk lahan ini dapat membentuk kenampakan-kenampakan seperti: gumuk pasir dan debu endapan angin.
g)                 Bentuk lahan bentukan asal proses pelarutan, terbentuk dari pelarutan batuan kapur/gamping. Bentukan lahan ini membentuk kenampakan-kenampakan antara lain, plateau karst, hillocks, doline, uvala, dan poljes.
h)                 Bentuk lahan bentukan asal proses Glasial, terbentuk oleh pencairan es/salju yang umumnya terdapat didaeraha lintang tinggi maupun tempat-tempat yang mempunya elevasi tinggi dari muka air laut. Bentuk lahan ini dibdakan menjadi 2 yakni erosional dan deposisional. Contoh bentuk lahan asal proses glasial yaitu circui dan horn.
i)                   Bentuk lahan bentukan asal Aktivitas Organisme, Menurut Verstappen (1977) dalam Suprapto (1997), bentuk lahan organik bukan hanya terumbu karang saja, akan tetapi termasuk pesisir bakau (mangrove coast) dan ranca gambut (peat bog).
2.2.4. Kualitas Lahan
Kualitas lahan menurut munir(2003) adalah sifat-sifat atau atribut yang kompleks dari suatu satuan lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai bentuk(performance) tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaian bagi pengguna tertentu. Kualitas lahan kadang-kadang dapat diestimasi atau diukur secara langsung dilapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan.
Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung sifat-sifatnya. Kualitas lahan berperan positif tentu yang menguntunkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif, karena kebeeradanya akan merugikan terhadap penguna tertentu, siafatnya bisa berperan sebagai faktor penghambat atau pembatas.
2.2.3. Penggunaan Lahan
Lahan merupakan suatu bagian permukaan bumi yang bentang alamnya mencakup lingkungan fisik termasuk iklim. Topografi (relief), tanah, hidrologi dan keadaan vegetasi alami, dalam hal ini semuanya secara potensial dapat mempengaruhi penggunaan lahan. penggunaan lahan yaitu setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan, baik sifat menetap maupun merupakan daur ulang (cyclic) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan maupun kejiwaan (spritual) atau kedua-duanya. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan sangat erat kaitanya dengan aktivitas manusia dan sumber daya lahan. Oleh karena itu penggunaan lahan bersifat dinamis, mengikuti perkebangan kehidupan manusia dan budaya. Adapun contoh penggunaan lahan adalah pemukiman, jalan, sawah, kebun campuran, sungai, lahan kosong, tegalan, hutan, lahan kritis, pasar, pertokoan, perkantoran dan lain sebagainya.
Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Penggunaan lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan(http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/evaluasi_lahan.php).
2.3.4.Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan menurut munir(2003) adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat lingkungan fisiknya, yang terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi dan drainase sesuai untuk suatu usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif.
2.3.5.Lahan Kering
Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka terhadap erosi) terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Untuk usaha pertanian lahan kering dapat dibagi dalam tiga jenis penggunaan lahan, yaitu lahan kering berbasis palawija (tegalan), lahan kering berbasis sayuran (dataran tinggi) dan pekarangan. Menurut Ford Foundation (1989) dalam (iwan,tt). Terdapat tiga permasalahan utama usahatani lahan kering, yaitu: erosi (terutama bila lahan miring dan tidak tertutup vegetasi secara rapat), kesuburan tanah (umumnya rendah sebagai akibat dari proses erosi yang berlanjut), dan ketersediaan air (sangat terbatas karena tergantung dari curah hujan). Ciri lainnya adalah makin menurunnya produktifitas lahan (leveling off), tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam, memudarnya modal sosial-ekonomi dan budaya, rendah atau tidak optimalnya adopsi teknologi maju, serta terbatasnya ketersediaan modal dan infrastruktur yang tidak sebaik di daerah sawah(iwan.tt)











BAB III
METODE PENULISAN
3.1  Pendekatan Penulisan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan ini digunakan berkenaan dengan pendeskripsian daerah penyabangan dikaitkan dengan kesesuaian tanaman jagung sebagai alternatif tanaman lahan kering didaerah tersebut.
3.2  Tahapan Penulisan
Penulisan karya ini telah melalui beberapa tahapan sebagai berikut.
a.    Tahap sebelum kerja lapangan, dengan kegiatan identifikasi masalah, membuat proposal, dan instrument.
b.   Tahap kerja lapangan, dengan aktivitas mengumpulkan data dan pengolahan serta analisis data.
c.    Tahap setelah kerja lapangan, dengan kegiatan pelaporan hasil.

3.3  Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penulisan karya ini menggunakan teknik berikut.
a.   interview
b.   Observasi
c.    Dokumentasi
d.   Kepustakaan

3.4  Teknik Analisis Data
Untuk keperluan analisis, data yang diperoleh melalui interview, observasi, dokumentasi, serta kepustakaan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena seputar permasalahan secara sistematis, akurat, dan faktual dengan data up to date, sehingga dapat melahirkan suatu konklusi.




BAB IV
PEMBAHASAN
Dilihat dari letak astronomisnya desa penyabangan terletak antara 114°42’56” BT dan 08°9’27” LS (pengukuran dilapangan mengunakan GPS). Secara administratif desa penyabangan termasuk salah satu desa di kecamatan gerokgak kabupaten buleleng profinsi bali, dengan wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara       :    laut bali
Sebelah selatan    :    Hutan Negara
Sebelah barat       :    Desa banyupoh
Sebelah Timur     :    Desa musi
Desa Penyabangan merupakan salah satu desa yang termasuk bagian dari Kabupaten Buleleng, Kecamatan Gerokgak memiliki peranan sebagai jalur penghubung antara kabupaten Jembrana dengan kabupaten Buleleng. Luas wilayah daerah penyabangan adalah 1946 Ha yang terdiri dari 4 banjar Dinas yakni Banjar Dinas Triarmerta, banjar Dinas Penyabangan, banjar dinas Sekeling, dan banjar Dinas Gondol(Profil Desa penyabangan,2009)
4.1.Teknik Budidaya Tanaman Jagung
Menurut(http://migroplus.com/brosur/budidaya%20jagung.pdf). Pedoman budidaya tanaman jagung ada berapa tahapan dalam budidaya tanaman jagung. Yakni:
A. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis Hibrida).
2) Penyiapan Benih
Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik pada saat lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil biji bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30 kg untuk setiap hektar.
3) Pemindahan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3G.
B. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.
1) Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran (apabila tanah masam)
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.
5) Pemberian MIG-6PLUS pada pratanam (3 hari sebelum tanam).
Berikan pupuk hayati MiG-6PLUS pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara merata, dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering, aplikasi pupuk hayati MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari.
6) Pemupukan saat pemeliharaan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.
Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah.
·      Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah.
·      Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
Pemberian pupuk MiG-6PLUS pada saat pemeliharaan pada usia 3 minggu dan 6 minggu setelah tanam, apabila menggunakan benih berumur menengah atau panjang (90-120hari), diperlukan tambahan pupuk hayati MiG-6PLUS pada usia 9 minggu. Pemberian masing-masing 2 liter per hektar.  Pemberian larutan MiG-6PLUS dapat dengan cara disiramkan atau menggunakan semprotan (bilas dahulu dengan air bersih). Aplikasikan di tanah disekitar perakaran.
C. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a)        Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b)        Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.
c)        Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d)       Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen ε 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3- 5 cm.
3) Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.
4) Lain-lain
Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.
D. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah.Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulamanhendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
4) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.

4.2.            Jagung Sebagai Tanaman Alternatif Lahan Kering Di Desa Penyabangan Kecamatan Gerokgak
Tanaman jagung merupakan tanaman yang mempunyai daya tahan dalam keadaaan iklim, meliputi iklim panas, dingin maupun sedang. Tanaman jagung banyak dimampaatkan oleh sebagian daerah yang kondisi daerahnnya tidak dapat memberdayakan tanamaan padi sebagai tanaman pokok dalam pertanian. Jagung digunakan sebagai alternatif tanaman lahan kering didesa penyabangan gerokgak karena beberapa alasan yang mendukung, yakni:
a)      Kondisi Fisik Daerah Penyabangan;
  • Topografi
Topografi merupakan perwujudan dari tinggi rendahnya bumi jika dilihat dari permukaan laut. Desa penyabangan berada pada ketinggian 500 meter diatas permukaan air laut dengan topografi datar atau hampir datar, yakni dengan kemiringan lereng desa penyabangan sekitar 0%-2% dengan ketinggian daratan antara 4-5 meter. Daerah penyabangan ini merupakan daerah yang termasuk kedalam dasar lembah dari bukit polesari. Sehingga, jika dikaitkan dengan kondisi daerah cocok dipergunakan sebagai areal penanaman jagung.. Areal datar dari daerah ini sesuai dengan syarat tumbuh tanaman jagung.
  • Bentukan lahan
Dilihat dari bentukan lahannya. Bentukan lahan desa penyabangan didominasi oleh Bentuk lahan bentukan asal proses marin dan pengendapan daerah vulkanik muda. Bentukan lahan asal marin merupakan bentukan lahan yang terjadi akibat pasang surut, gelombang air laut. Bentukan lahan ini biasannya terdapat di pesisir lautan. Kenampakan-kenampakan yang bisa muncul dari aktivitas marin ini meliputi; rataan pasang surut, platform, chiff dan notch, spit, lidah gosong pasir laut, ledok antara beting pasir laut, hamparan lumpur, daratan pantai, daratan aluvial pantai, teras marin, gisik, beting gisik, tombolo, dan lagun. Kenampakan yang muncul didaerah penyambangan berupa kenamakan tanah aluvial dan rataan pasang surut akibat dari proses marin yang efektif bekerja didaerah ini. Sehingga selain daerah ini dimampaatkan sebagai sektor perikanan dan tiram mutiara juga dimamapaatkan sebagai areal tegalan dengan komoditas jagung sebagai salah satu alternatif tanaman yang dibudidayakan.
Bentukan lahan asal vulkanik muda yang terdapat didaerah bukit pulesari mengendapkan materialnya didaerah ini sehingga mempengaruhi kharaktristik tanah yang muncul.
  • Keadaan Tanah
       Daerah penyabangan jika dilihat dari peta merupakan daerah yang diapit oleh perbukitan pulasari dan laut bali. Perbukitan pulesari ini merupakan jalur pegunungan vulkanik muda selain itu daerah penyabangan ini dekat dengan lautan sehingga aktifitas marin efektif berkerja pada daerah ini. Hal ini dibuktikan dengan ditemukan tanah dengan ciri-ciri: warna coklat keputihan pada pengeboran  (0-40)cm dengan tektur tanah halus dan coklat tua  berbatu pada pengeboran (40-50 cm). Tanah di Desa Penyabangan bertekstur halus berpasir sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsure hara. 
Tanah yang mempunyai ciri-ciri tanah warna coklat keputihan pada pengeboran sedalam 0-40 mencirikan tanah bagian atas daerah ini  merupakan tanah kars sehingga tanaman jagung cocok diberdayakan didaerah ini.
Selain itu tanah didaerah penyabangan pada pengeboran (40-50) menunjukan ciri tanah berpasir kharaktristik tanah seperti ini merupakan tanah latosol. Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia(http://organisasi.org/jenis-macam-tanah-di-indonesia-humus-gambut-vulkanik-laterit-alluvial-pasir-dll). Jadi daerah penyabangan ini mempunyai 2 kharktristik tanah sesuai dengan pengeboran yang dilakukan dan bahan induk yang mengakibatkannya. Ciri tanah yang ditemukan mempunyai tektur berpasir hal ini diakibatkan oleh pengaruh marin dari laut utara bali kaerah desa penyabangan kemungkinan bahan induk dari pasir menyebabkan daerah ini memiliki keadaan tanh seperti tersebut, selain itu dengan adanya pengaruh dari bukit pulesari(vulkanik muda) mengendapkan materialnya didaerah ini menyebabkan daerah ini memiliki sifat gembur. Kegemburan dari tanah daerah ini juga dukur dari keadaan Ph tanah yang didapat. Dari pengukuran Ph yang didapat daerah penyabangan ini memiliki Ph sebesar 6,8 , Ph yang yang baik bagi syarat tumbuh tanaman jagung. Tanaman jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat menimbulkan hasil yang tinggi.
Kharakteristik dari tanah yang ditemukan didaerah ini cocok dengan syarat hidup dari Tanaman jagung yakni tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu, atau lempung berpasir dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase baik, serta endap air. Keadaan tanah ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanahnya subur, gembur dan kaya bahan organik.
  • Keadaan iklim
Keadaan iklim dikaitkan dengan letak astronomis dari desa penyabangan, daerah penyabangaan memiliki iklim laut yang dipengaruhi angin musim sehingga mengalami 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan musim penghujan. Untuk mengklasifikasikan keadaan iklim ini dipakai perhitungan iklim dari schmidt dan ferguson di dapat wilayah gerokgak memiliki tipe curah hujan F(kering) dengan bulan basah sebesar 3,8 dan bulan kering sebesar 7,0 dengan nilai Q=184%(eka,2009). Dengan adanya kecenderungan bulan kering lebih besar dari bulan basah sehingga  didaearah penyabangan tergolong daerah lahan kering dikaranakan hanya menerima curah hujan kurang dari 60mm pertahun. Daerah penyabangan ini terasuk daerah bayang bayang hujan sehingga daerah ini jarang medapatkan hujan dan meningkatkan kapasitas lahan kering didaerah ini.
Keadaan seperti ini menyebabkan tanaman jagung cocok sebagai tanaman alternatif didaerah ini. Hal ini sesuai dengan Syarat dari tanaman jagung dapat berkembang:
·      Tanaman jagung tumbuh di tanah tropic dan sub tropik
·      Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh
·       Ketinggian tempat antara 0-1300 m dpl
·      Untuk pertumbuhan dan produksi jagung memerlukan penyinaran matahari penuh
·      Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh








BAB  V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Jagung(Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung memiliki syarat tertentu dalam pembudidayannya. Daerah penyabangan merupakan daerah lahan kering. Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Daerah penyabangan merupakan daerah lahan kering dan untuk memampaatkan keadaan tersebut jagung dimampaatkan sebagai tanaman alternatif daerah tersebut.
5.2. Saran
            Dengan adanya penulisan laporan ini diharapkan dapat bermamfaat bagi pembaca sebagai literatur untuk penulisan berikutnya.




 

Tidak ada komentar: