BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Bali
adalah salah satu pulau di Indonesia yang memiliki berbagai keunikan
fenomena-fenomena alam. Hal ini ditandai dengan perbedaan kondisi geografis
antar wilayah bagian utara dan bagian selatan. Perbedaan kondisi fisik tersebut
dapat dilihat dari iklim, formasi geologi, geomorfologi, hidrologi, keadaan
tanah dan penggunaan lahan. Bali juga memiliki keunikan sosial ekonomi dan
budaya. Keunikan kondisi fisik dan sosial Bali terbentuk akibat adanya sistem
kearifan lokal (local genous)
masyarakatnya yaitu konsep berpikir yang merupakan suatu sintesis antara
ketajaman analisis dan kepekaan antara rasa. karakter kondisi fisik dan sosial
tersebut mengarahkan Bali dalam pengembangan pariwisata dan pertanian.
Menurut
astawa(2009) Kemasyuran Bali sebagai daerah pariwisata sangat
ditunjang oleh keunikan sosial budaya yang dimiliki masyarakat Bali dengan
Agama Hindu sebagai pemberi karakter yang dominan, di samping juga keindahan
alam yang dimiliki daerah sepanjang perjalanan dari singaraja sampai
gilimanuk memiliki keunikan tersendiri, yakni dalam morfologi daerahnya,
Sehingga pengembangan pariwisata banyak ditonjolkan misalnya; “Lovina” dengan
pesona pantainya yang menghadap ke gunung(nyegara gunungnya).
Morfologi daerah bali utara memberikan nuansa tersendiri
bagi kehidupan masyarakat buleleng khususnya. Walaupun kita tahu daerah bali
bagian utara ini, Kondisi alam yang dimiliki
merupakan daerah yang kering terutama di daerah pegunungan Buleleng barat dan
Buleleng Timur. Sehingga membuat Buleleng tak bisa mengandalkan pertanian tanah
basah. Namun keadaan ini justru membawa Buleleng sebagai daerah perkebunan
penghasil buah-buahan seperti jeruk, cengkeh, dan kopi di daerah pegunungan,
sedangkan sepanjang daerah pesisir adalah penghasil buah anggur dan
tembakau(Anonim.2008).
Kecamatan
gerogak merupakan kecamatan di daerah buleleng yang memiliki keunikan
tersendiri diantaranya kecamatan lainnya. Apabila dilihat dari masing-masing
kecamatan di buleleng kecamatan gerokgak merupakan kecamatan terluas yakni
26,11% dari luas buleleng. Kecamatan gerokgak terdiri dari 14 desa/kelurahan. Salah satu desa di kecamatan gerokgak yang
memiliki keunikan tersendiri di kecamatan gerokgak. Desa penyabangan adalah
daerah yang paling unik dijadikan suatu obyek penilitian. Desa penyabangan
selain memiliki keunikan sebagai desa pengasil tiram mutiara(eka,2009) desa ini
juga memiliki keunikan dalam pengelolaan lahan didaerahnya, yakni sebagai
sentral penanaman jagung. Pemampatan jagung sebagai alternatif tanaman didaerah ini merupakan suatu pendayagunaan
lahan kering didaerah ini. Oleh karenanya penulis tertarik mengangkat laporan
yang berjudul “JAGUNG SEBAGAI TANAMAN ALTERNATIF LAHAN KERING DI DESA
PENYABANGAN KECAMATAN GEROGAK”
1.2.Rumusan masalah
1.2.1. Bagaimana
teknik budidaya tanaman jagung?
1.2.2. Kenapa
tanaman jagung digunakan sebagai tanaman alternatif lahan kering di desa
Penyabangan kecamatan Gerokgak?
1.3.Tujuan penulisan
1.3.1. Untuk
mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman jagung.
1.3.2. Untuk
mengetahui Kenapa tanaman jagung digunakan sebagai tanaman alternatif lahan
kering di desa Penyabangan kecamatan Gerokgak.
1.4.Mamfaat penulisan
1.4.1. Teoritis
Secara
teoritis laporan ini bermanfaat sebagai referensi dalam mengetahui tentang
bagaimana jagung sebagai tanaman alternatif lahan kering.
1.4.2. Praktis
Secara praktis laporan
ini bermanfaat sebagai referensi bagi pembaca untuk penelitian berikutnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Tinjauan Mengenai
Jagung
2.1.1.
Pengertian Jagung
Jagung(Zea
mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan
Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat,
jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil
minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung
jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam
sebagai penghasil bahan farmasi(http://www.staklimkarangploso.net/index.php?option=com_content&view=article&id=12&Itemid=39).
Jagung
merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m,
ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari
permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
2.1.2.
Asal Usul Tanaman Jagung
Jagung
secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung
sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu. Berdasarkan bukti genetik,
antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika
Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini
10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador)
sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru
pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea
mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp.
parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000
tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama
Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses
domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang
tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas
jagung, baik ras lokal maupun kultivar(zamzam,2009).
Tanaman
jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan.
Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis
orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal
menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais
dan orang Inggris menamakannya corn(annas.2007).
2.1.3.Jenis Tanaman
Jagung
Jenis tanaman jagung menurut
(http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20jagung.pdf)
dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.
a) Menurut umur, dibagi menjadi 3
golongan:
1.
Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah
Warangan, Genjah Kertas, Abimanyu dan Arjuna.
2.
Berumur
sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida
CP 1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro
dan Pandu.
3.
Berumur
panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar,
Kuning, Bima dan Harapan.
b) Menurut bentuk biji, dibagi
menjadi 7 golongan:
1.
Dent Corn
2.
Flint Corn
3.
Sweet Corn
4.
Pop Corn
5.
Flour Corn
6.
Pod Corn
7.
Waxy Corn
Varietas
unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan
penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari
bebas. Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu,
Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru,
Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin,
Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.
2.1.4. Syarat
Hidup Tanaman Jagung
Menurut
(http://www.agromaret.com/artikel/641/manfaat_tanaman_jagung)
Syarat hidup tanaman jagung terdiri dari 2 syarat, yakni;
Syarat
iklim
· Tanaman
jagung tumbuh di tanah tropic dan sub tropik
· Tanaman
jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh
· Ketinggian tempat antara 0-1300 m dpl
· Suhu
udara 13 -38 derajat celcius Selama pertumbuhan, jagung membutuhkan suhu
optimum 23-27 derajat celcius (suhu bukan masalah bagi perkembangan jagung).
· Curah
hujan optimum adalah 100 mm-125 mm per bulan
· Untuk
pertumbuhan dan produksi jagung memerlukan penyinaran matahari penuh
Syarat
tanah
Tanaman
jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu, atau lempung
berpasir dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase baik, serta endap
air. Keadaan tanah ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila
tanahnya subur, gembur dan kaya bahan organik. Tanah yang kekurangan air dapat
menimbulkan penurunan produksi jagung hingga 15%.
Tanaman
jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang paling baik adalah
6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat menimbulkan hasil
yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH tanah di bawah 5,7 pada jagung
cendrung menurun.
Jenis tanah di Indonesia dengan jenis tanah podsolik merah kuning (PMK) yang mempunyai pH tanah rata-rata rendah (masam) untuk penanaman jagung perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
Jenis tanah di Indonesia dengan jenis tanah podsolik merah kuning (PMK) yang mempunyai pH tanah rata-rata rendah (masam) untuk penanaman jagung perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
2.1.5. Kandungan Gisi Tanaman Jagung
Menurut(http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung) Biji jagung kaya akan
karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat
dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk
pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan,
sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak
banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan
sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih
rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa
Kandungan gizi Jagung per 100
gram bahan adalah:
·
Kalori : 355
Kalori
·
Protein : 9,2 gr
·
Lemak : 3,9 gr
·
Karbohidrat : 73,7
gr
·
Kalsium : 10 mg
·
Fosfor : 256 mg
·
Ferrum : 2,4 mg
·
Vitamin A : 510 SI
·
Vitamin B1 : 0,38
mg
·
Air : 12 gr
Untuk ukuran
yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah,
namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.
2.1.6. Pemanfaatan Tanaman Jagung
Selain sebagai
bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai
sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi
polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu
perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan
baku casing komputer yang siap dipasarkan.
Selain itu menurut(http://www.agromaret.com/artikel/641/manfaat_tanaman_jagung) Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan hewan. DiIndonesia, jagung merupakan komoditi tanaman
pangan kedua terpenting setelah padi.
Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan
pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung
semakin meningkat penggunaannya. Tanaman
jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai
macam keperluan antara lain:
a)
Batang dan daun muda: pakan ternak
b)
Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau
atau kompos
c)
Batang dan daun kering: kayu bakar
d)
Batang jagung: lanjaran (turus)
e)
Batang jagung: pulp (bahan kertas)
f)
Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran,
bergedel, bakwan, sambel goreng
g)
Biji jagung tua: pengganti nasi, marning,
brondong, roti jagung, tepung, bihun,
bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin,
perekat, industri textil.
2.2. Tinjauan Mengenai
Lahan
2.2.1.Pengertian Lahan
Lahan merupakan lingkungan fisis dan biotik yang
berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup
manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air.
Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia(dana,tt).
Lahan
merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian
lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan
keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan
berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam munir,2003). Lahan dalam
pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai
aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang,
seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan
konservasi tanah pada suatu lahan tertentu.
2.2.2. Karakterististik
Lahan
Karakteristik
lahan menurut munir(2003)adalah sifat
lahan yang dapat diukur atau diestiminasi. Contoh:kemiringan lereng, curah
hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan
sebagainnya. Sebagai satuan peta lahan yang dhasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan
sumber daya lahan, karakteristiknya dirinci dan diuraikan yang menyangkut
keadaan lingkungan fisik dan tanahnya.
2.2.3.Klasifikasi
Bentuk Lahan
Klasifikasi
bentuk lahan didasarkan pada: genesis, proses, dan batuan, seperti yang
dikemukakan oleh Verstappen, 1985 dalam Suprapto, 1997; 31-104. Berdasarkan
genesanya bentuk lahan dibedakan menjadi 9
jenis, yaitu;
a)
Bentuk lahan bentukan
asal vulkanis, merupakan bentukan lahan dari proses vulkanisme atau gerakan
magma yang naik ke permukaan bumi. Contoh bentukan lahan vulkanis yaitu :
Kawah, Kaldera, Kerucut gunungapi, Lereng atas gunungapi, Lereng tengah
gunungapi, Lereng bawah gunungapi, Lereng kaki fluvial gunungapi, Lembah
gunungapi (barranco), Medan lava,
Medan lahar, Volcanic neck, Bocca, Kubah lava, Dataran tinggi lava, Dataran
fluvial gunung api, dan Sumbat lava.
b)
Bentuk lahan bentukan
asal struktural, merupakan bentukan lahan yang terbentuk karena adanya proses
endogen yakni proses tektonik atau diatrofisme. Proses ini dapat berupa
pengangkatan, penurunan dan pelipatan
kerak bumi sehingga terbentuk struktur geologi yaitu 1) lipatan, 2) Patahan.
Contoh bentukan lahan struktural meliputi: Dinding terjal, Rombakan kaki
lereng, Lahan rusak, Daerah dengan gerak masa, Kerucut talus (kipas koluvial),
dan Monadnock.
c)
Bentuk lahan bentukan
asal proses denudasional, merupakan bentukan lahan hasil dari proses pelapukan,
erosi, gerak masa batuan dan proses pengendapan. Bentukan lahan asal proses ini
biasanya terdapat pada daerah dengan Topografi berombak, bergelombang, berbukit
atau bergunung yang berbatuan lunak (akibat dari proses pelapukan) dan beriklim
basah sehingga bentuk srukturnya tidak nampak lagi karena adanya gerak masa
batuan. Adapun beberapa fenomena yang nampak pada bentukan lahan asal
denudasional antara lain; pegunungan
denudasional, perbukitan denudasional, perbukitan terisolasi, nyaris dataran,
lereng kaki, gabungan kipas aluvial, dinding terjal, rombakan kaki lereng,
lahan rusak, daerah dengan gerak masa, kerucut talus (kipas koluvial), dan
monadnock.
d)
Bentuk lahan bentukan
asal proses fluvial, merupakan bentuk
lahan yang disebabkan oleh proses fluvial yakni proses air mengalir baik
memusat (sungai) maupun oleh aliran permukaan bebas (overland flow). Ketiga
akitivitas ini mencangkup; erosi, transportasi, dan deposisi/sedimentasi.
Adapun contoh bentukan asal proses fluvial yaitu: daratan aluvial, dasar
sungai/sungai mati, rawa belakang, daratan banjir, tanggul alam, lakustrin,
ledok fluvial, gosong lengkung alam (point bar), teras fluvial, kipas aluvial,
crevasse-spalaye, delta dengan berbagai tipenya, dan igir fluvial.
e)
Bentuk lahan bentukan
asal proses marin, merupakan bentukan lahan yang terjadi akibat pasang surut,
gelombang air laut. Bentukan lahan ini biasannya terdapat di pesisir lautan.
Kenampakan-kenampakan yang bisa muncul dari aktivitas marin ini meliputi;
rataan pasang surut, platform, chiff dan notch, spit, lidah gosong pasir laut,
ledok antara beting pasir laut, hamparan lumpur, daratan pantai, daratan
aluvial pantai, teras marin, gisik, beting gisik, tombolo, dan lagun.
f)
Bentuk lahan bentukan
asal proses angin (aeolin), merupakan bentuk lahan diakibatkan oleh proses
angin, gerakan udara dapat membentuk bentuk lahan yang spesifik, dan berbeda
dari proses yang lainnya. Bentuk lahan ini dapat membentuk
kenampakan-kenampakan seperti: gumuk pasir dan debu endapan angin.
g)
Bentuk lahan bentukan
asal proses pelarutan, terbentuk dari pelarutan batuan kapur/gamping. Bentukan
lahan ini membentuk kenampakan-kenampakan antara lain, plateau karst, hillocks,
doline, uvala, dan poljes.
h)
Bentuk lahan bentukan
asal proses Glasial, terbentuk oleh pencairan es/salju yang umumnya terdapat
didaeraha lintang tinggi maupun tempat-tempat yang mempunya elevasi tinggi dari
muka air laut. Bentuk lahan ini dibdakan menjadi 2 yakni erosional dan
deposisional. Contoh bentuk lahan asal proses glasial yaitu circui dan horn.
i)
Bentuk lahan bentukan
asal Aktivitas Organisme, Menurut
Verstappen (1977) dalam Suprapto (1997), bentuk lahan organik bukan hanya terumbu karang saja,
akan tetapi termasuk pesisir bakau (mangrove coast) dan ranca gambut (peat
bog).
2.2.4. Kualitas
Lahan
Kualitas lahan menurut munir(2003)
adalah sifat-sifat atau atribut yang kompleks dari suatu satuan lahan.
Masing-masing kualitas lahan mempunyai bentuk(performance) tertentu yang
berpengaruh terhadap kesesuaian bagi pengguna tertentu. Kualitas lahan
kadang-kadang dapat diestimasi atau diukur secara langsung dilapangan, tetapi
pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan.
Kualitas lahan kemungkinan berperan
positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung sifat-sifatnya.
Kualitas lahan berperan positif tentu yang menguntunkan bagi suatu penggunaan.
Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif, karena kebeeradanya akan
merugikan terhadap penguna tertentu, siafatnya bisa berperan sebagai faktor
penghambat atau pembatas.
2.2.3. Penggunaan Lahan
Lahan merupakan suatu bagian permukaan bumi yang bentang
alamnya mencakup lingkungan fisik termasuk iklim. Topografi (relief), tanah,
hidrologi dan keadaan vegetasi alami, dalam hal ini semuanya secara potensial
dapat mempengaruhi penggunaan lahan. penggunaan lahan yaitu setiap bentuk campur tangan
manusia terhadap sumber daya lahan, baik sifat menetap maupun merupakan daur
ulang (cyclic) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan
maupun kejiwaan (spritual) atau kedua-duanya. Dari pengertian tersebut dapat
dilihat bahwa penggunaan lahan sangat erat kaitanya dengan aktivitas manusia
dan sumber daya lahan. Oleh karena itu penggunaan lahan bersifat dinamis,
mengikuti perkebangan kehidupan manusia dan budaya. Adapun contoh penggunaan
lahan adalah pemukiman, jalan, sawah, kebun campuran, sungai, lahan kosong,
tegalan, hutan, lahan kritis, pasar, pertokoan, perkantoran dan lain
sebagainya.
Penggunaan
lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: penggunaan lahan
semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan
untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari
dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun.
Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang
yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi
tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Penggunaan lahan
permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian, seperti
hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan
pelabuhan(http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/evaluasi_lahan.php).
2.3.4.Kesesuaian Lahan
Kesesuaian
lahan menurut munir(2003) adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan
tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman
tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan
tersebut ditinjau dari sifat lingkungan fisiknya, yang terdiri dari iklim,
tanah, topografi, hidrologi dan drainase sesuai untuk suatu usaha tani atau komoditas
tertentu yang produktif.
2.3.5.Lahan Kering
Lahan
kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan
menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah
hujan. Lahan ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya
berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka terhadap erosi)
terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Untuk
usaha pertanian lahan kering dapat dibagi dalam tiga jenis penggunaan lahan,
yaitu lahan kering berbasis palawija (tegalan), lahan kering berbasis sayuran
(dataran tinggi) dan pekarangan. Menurut Ford Foundation (1989) dalam
(iwan,tt). Terdapat tiga permasalahan utama usahatani lahan kering, yaitu:
erosi (terutama bila lahan miring dan tidak tertutup vegetasi secara rapat),
kesuburan tanah (umumnya rendah sebagai akibat dari proses erosi yang berlanjut),
dan ketersediaan air (sangat terbatas karena tergantung dari curah hujan). Ciri
lainnya adalah makin menurunnya produktifitas lahan (leveling off), tingginya
variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam, memudarnya
modal sosial-ekonomi dan budaya, rendah atau tidak optimalnya adopsi teknologi
maju, serta terbatasnya ketersediaan modal dan infrastruktur yang tidak sebaik
di daerah sawah(iwan.tt)
BAB III
METODE PENULISAN
3.1
Pendekatan
Penulisan
Pendekatan
yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah pendekatan deskriptif.
Pendekatan ini digunakan berkenaan dengan pendeskripsian daerah penyabangan
dikaitkan dengan kesesuaian tanaman jagung sebagai alternatif tanaman lahan
kering didaerah tersebut.
3.2
Tahapan
Penulisan
Penulisan
karya ini telah melalui beberapa tahapan sebagai berikut.
a. Tahap
sebelum kerja lapangan, dengan kegiatan identifikasi masalah, membuat proposal,
dan instrument.
b. Tahap
kerja lapangan, dengan aktivitas mengumpulkan data dan pengolahan serta
analisis data.
c. Tahap
setelah kerja lapangan, dengan kegiatan pelaporan hasil.
3.3
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penulisan karya ini menggunakan teknik berikut.
a.
interview
b. Observasi
c. Dokumentasi
d. Kepustakaan
3.4
Teknik
Analisis Data
Untuk
keperluan analisis, data yang diperoleh melalui interview, observasi, dokumentasi, serta kepustakaan kemudian
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena seputar permasalahan secara sistematis,
akurat, dan faktual dengan data up to
date, sehingga dapat melahirkan suatu konklusi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dilihat
dari letak astronomisnya desa penyabangan terletak antara 114°42’56” BT dan
08°9’27” LS (pengukuran dilapangan mengunakan GPS). Secara administratif desa
penyabangan termasuk salah satu desa di kecamatan gerokgak kabupaten buleleng
profinsi bali, dengan wilayah sebagai berikut:
Sebelah
utara : laut bali
Sebelah
selatan : Hutan Negara
Sebelah
barat : Desa banyupoh
Sebelah
Timur : Desa musi
Desa
Penyabangan merupakan salah satu desa yang termasuk bagian dari Kabupaten
Buleleng, Kecamatan Gerokgak memiliki peranan sebagai jalur penghubung antara
kabupaten Jembrana dengan kabupaten Buleleng. Luas wilayah daerah penyabangan
adalah 1946 Ha yang terdiri dari 4 banjar Dinas yakni Banjar Dinas Triarmerta,
banjar Dinas Penyabangan, banjar dinas Sekeling, dan banjar Dinas Gondol(Profil
Desa penyabangan,2009)
4.1.Teknik Budidaya Tanaman
Jagung
Menurut(http://migroplus.com/brosur/budidaya%20jagung.pdf). Pedoman budidaya tanaman jagung ada berapa tahapan dalam budidaya tanaman jagung.
Yakni:
A. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan
sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal
dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain,
tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang
demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya
benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih
dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan
menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai
beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya
yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia
dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai
benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4,
CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster kuning, Kania Putih, Metro, Harapan,
Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu,
jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2,
P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis Hibrida).
2) Penyiapan Benih
Benih dapat
diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman jagung yang
sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan
penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol
dipetik pada saat lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras
dan sebagian besar daun menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga
kering betul. Apabila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah
dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan dan disimpan di tempat kering. Dari
tongkol yang sudah kering, diambil biji bagian tengah sebagai benih. Biji yang
terdapat di bagian ujung dan pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh
benih harus lebih dari 90%, jika kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30
kg untuk setiap hektar.
3) Pemindahan Benih
Sebelum
benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate,
terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada
serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam
lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3G.
B. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan
tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi
menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan
aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab
tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum.
1)
Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah
bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah
yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm,
kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.
Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2)
Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan
dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak
dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan
pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3)
Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran
drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20
cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4)
Pengapuran (apabila tanah masam)
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah
harus dikapur. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan
tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata
atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan
dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.
5) Pemberian MIG-6PLUS pada pratanam (3 hari sebelum
tanam).
Berikan pupuk hayati
MiG-6PLUS pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara merata,
dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering, aplikasi
pupuk hayati MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari.
6)
Pemupukan saat pemeliharaan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin
ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang
dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara
bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha
dan KCl=50-100 kg/ha.
Adapun
cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
Pemupukan
dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm
di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah.
· Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah
1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit
kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah.
· Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea
diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
Pemberian pupuk MiG-6PLUS pada saat pemeliharaan
pada usia 3 minggu dan 6 minggu setelah tanam, apabila menggunakan benih
berumur menengah atau panjang (90-120hari), diperlukan tambahan pupuk hayati
MiG-6PLUS pada usia 9 minggu. Pemberian masing-masing 2 liter per hektar. Pemberian larutan MiG-6PLUS dapat dengan cara
disiramkan atau menggunakan semprotan (bilas dahulu dengan air bersih).
Aplikasikan di tanah disekitar perakaran.
C. Teknik Penanaman
1)
Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola
tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia
(agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi).
Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1
tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang
sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun
perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a)
Tumpang
sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang
sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b)
Tumpang
gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh:
jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.
c)
Tanaman
Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau
beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan
atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung
menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d)
Tanaman
Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh
tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu Lahan
efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman
campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam
dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak
terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap
lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur
panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan
tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen ε 100
hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang).
Jagung berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak
tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3- 5
cm.
3) Cara Penanaman
Pada
jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan
jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak
dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada
waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini
dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman
jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak
tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2
hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya
memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang
lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan
per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang
maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per
lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.
4) Lain-lain
Di lahan
sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah
hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim
hujan dan akhir musim hujan.
D. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan
Penyulaman
Dengan
penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang
dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang
dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang
tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam
tepat di atas permukaan tanah.Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh
dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan
7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulamanhendaknya menggunakan benih
dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
2) Penyiangan
Penyiangan
bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan
dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda
biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting
dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut
masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah
tanaman berumur 15 hari.
3) Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi
batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar
yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini
dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan.
Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman.Dengan cara ini akan terbentuk guludan
yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama
dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
4)
Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih
ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab.
Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman
tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar
sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
jagung.
6) Waktu Penyemprotan
Pestisida
Penggunaan pestisida
hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses
produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai
untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan
kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga
perlakuan ini akan lebih efisien.
4.2.
Jagung
Sebagai Tanaman Alternatif Lahan Kering Di Desa Penyabangan Kecamatan Gerokgak
Tanaman
jagung merupakan tanaman yang mempunyai daya tahan dalam keadaaan iklim,
meliputi iklim panas, dingin maupun sedang. Tanaman jagung banyak dimampaatkan
oleh sebagian daerah yang kondisi daerahnnya tidak dapat memberdayakan tanamaan
padi sebagai tanaman pokok dalam pertanian. Jagung digunakan sebagai alternatif
tanaman lahan kering didesa penyabangan gerokgak karena beberapa alasan yang
mendukung, yakni:
a)
Kondisi
Fisik Daerah Penyabangan;
- Topografi
Topografi
merupakan perwujudan dari tinggi rendahnya bumi jika dilihat dari permukaan
laut. Desa penyabangan berada pada ketinggian 500 meter diatas permukaan air
laut dengan topografi datar atau hampir datar, yakni dengan kemiringan lereng
desa penyabangan sekitar 0%-2% dengan ketinggian daratan antara 4-5 meter.
Daerah penyabangan ini merupakan daerah yang termasuk kedalam dasar lembah dari
bukit polesari. Sehingga, jika dikaitkan dengan kondisi daerah cocok
dipergunakan sebagai areal penanaman jagung.. Areal datar dari daerah ini sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman jagung.
- Bentukan lahan
Dilihat dari bentukan lahannya. Bentukan
lahan desa penyabangan didominasi oleh Bentuk lahan bentukan asal proses marin dan
pengendapan daerah vulkanik muda. Bentukan lahan asal marin merupakan bentukan
lahan yang terjadi akibat pasang surut, gelombang air laut. Bentukan lahan ini
biasannya terdapat di pesisir lautan. Kenampakan-kenampakan yang bisa muncul
dari aktivitas marin ini meliputi; rataan pasang surut, platform, chiff dan
notch, spit, lidah gosong pasir laut, ledok antara beting pasir laut, hamparan
lumpur, daratan pantai, daratan aluvial pantai, teras marin, gisik, beting
gisik, tombolo, dan lagun. Kenampakan yang muncul didaerah penyambangan berupa
kenamakan tanah aluvial dan rataan pasang surut akibat dari proses marin yang
efektif bekerja didaerah ini. Sehingga selain daerah ini dimampaatkan sebagai
sektor perikanan dan tiram mutiara juga dimamapaatkan sebagai areal tegalan
dengan komoditas jagung sebagai salah satu alternatif tanaman yang
dibudidayakan.
Bentukan lahan asal vulkanik muda yang
terdapat didaerah bukit pulesari mengendapkan materialnya didaerah ini sehingga
mempengaruhi kharaktristik tanah yang muncul.
- Keadaan Tanah
Daerah penyabangan jika dilihat dari peta merupakan
daerah yang diapit oleh perbukitan pulasari dan laut bali. Perbukitan pulesari
ini merupakan jalur pegunungan vulkanik muda selain itu daerah penyabangan ini dekat
dengan lautan sehingga aktifitas marin efektif berkerja pada daerah ini. Hal
ini dibuktikan dengan ditemukan tanah dengan ciri-ciri: warna coklat keputihan pada
pengeboran (0-40)cm dengan tektur tanah
halus dan coklat tua berbatu pada pengeboran (40-50
cm). Tanah di Desa Penyabangan bertekstur halus berpasir sehingga sulit
menyerap (menahan) air dan unsure hara.
Tanah
yang mempunyai ciri-ciri tanah warna coklat keputihan pada pengeboran sedalam
0-40 mencirikan tanah bagian atas daerah ini merupakan tanah kars sehingga tanaman jagung
cocok diberdayakan didaerah ini.
Selain itu tanah didaerah penyabangan pada
pengeboran (40-50) menunjukan ciri tanah berpasir kharaktristik tanah seperti
ini merupakan tanah latosol. Tanah litosol merupakan jenis tanah
berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal
dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna.
Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia(http://organisasi.org/jenis-macam-tanah-di-indonesia-humus-gambut-vulkanik-laterit-alluvial-pasir-dll).
Jadi daerah penyabangan ini mempunyai 2 kharktristik tanah sesuai dengan
pengeboran yang dilakukan dan bahan induk yang mengakibatkannya. Ciri tanah
yang ditemukan mempunyai tektur berpasir hal ini diakibatkan oleh pengaruh
marin dari laut utara bali kaerah desa penyabangan kemungkinan bahan induk dari
pasir menyebabkan daerah ini memiliki keadaan tanh seperti tersebut, selain itu
dengan adanya pengaruh dari bukit pulesari(vulkanik muda) mengendapkan
materialnya didaerah ini menyebabkan daerah ini memiliki sifat gembur.
Kegemburan dari tanah daerah ini juga dukur dari keadaan Ph tanah yang didapat.
Dari pengukuran Ph yang didapat daerah penyabangan ini memiliki Ph sebesar 6,8
, Ph yang yang baik bagi syarat tumbuh tanaman jagung. Tanaman jagung tahan
terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang paling baik adalah 6,8. Dari
hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat menimbulkan hasil yang tinggi.
Kharakteristik dari tanah yang ditemukan didaerah
ini cocok dengan syarat hidup dari Tanaman jagung yakni tanah
yang bertekstur lempung, lempung berdebu, atau lempung berpasir dengan struktur
tanah remah, aerasi dan drainase baik, serta endap air. Keadaan tanah ini dapat
memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanahnya subur, gembur dan kaya
bahan organik.
- Keadaan iklim
Keadaan
iklim dikaitkan dengan letak astronomis dari desa penyabangan, daerah
penyabangaan memiliki iklim laut yang dipengaruhi angin musim sehingga
mengalami 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan musim penghujan. Untuk
mengklasifikasikan keadaan iklim ini dipakai perhitungan iklim dari schmidt dan
ferguson di dapat wilayah gerokgak memiliki tipe curah hujan F(kering) dengan
bulan basah sebesar 3,8 dan bulan kering sebesar 7,0 dengan nilai Q=184%(eka,2009).
Dengan adanya kecenderungan bulan kering lebih besar dari bulan basah
sehingga didaearah penyabangan tergolong
daerah lahan kering dikaranakan hanya menerima curah hujan kurang dari 60mm
pertahun. Daerah penyabangan ini terasuk daerah bayang bayang hujan sehingga
daerah ini jarang medapatkan hujan dan meningkatkan kapasitas lahan kering
didaerah ini.
Keadaan
seperti ini menyebabkan tanaman jagung cocok sebagai tanaman alternatif didaerah
ini. Hal ini sesuai dengan Syarat dari tanaman jagung dapat berkembang:
· Tanaman
jagung tumbuh di tanah tropic dan sub tropik
· Tanaman
jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh
· Ketinggian tempat antara 0-1300 m dpl
· Untuk
pertumbuhan dan produksi jagung memerlukan penyinaran matahari penuh
· Tanaman
jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Jagung(Zea
mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Jagung memiliki syarat tertentu dalam pembudidayannya. Daerah
penyabangan merupakan daerah lahan kering. Lahan kering adalah lahan yang dapat
digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan
biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Daerah penyabangan merupakan
daerah lahan kering dan untuk memampaatkan keadaan tersebut jagung dimampaatkan
sebagai tanaman alternatif daerah tersebut.
5.2. Saran
Dengan adanya penulisan
laporan ini diharapkan dapat bermamfaat bagi pembaca sebagai literatur untuk
penulisan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar