Rabu, 09 Mei 2012

studi rumah kos sebagai permukiman mahasiswa di kawasan Undiksha Singaraja



A.    JUDUL :    STUDI RUMAH KOS SEBAGAI PERMUKIMAN MAHASISWA DI KAWASAN UNDIKSHA SINGARAJA (Kajian Geografi Permukiman Skala Meso)

B.     IDENTITAS PENULIS
NAMA                  : I NYOMAN SUPARIARTA
NIM                      : 0814031019
KELAS                 : A
JURUSAN            : PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS         : ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS   : PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

C.    LATAR BELAKANG
 Kota merupakan istilah bagi sebuah daerah yang memiliki pusat dari bebagai kegiatan manusia, maka daerah perkotaan memiliki keunikan tersendiri dibandingkan daerah perdesaan ’’Kota merupakan pusat kegiatan manusia dan menawarkan berbagai kesempatan lebih besar dari pada daerah perdesaan. Tidak mengherankan bahwa banyak penduduk perdesaan melakukan migrasi ke kota untuk memperbaiki kehidupannya’’ (Suharini, 2011:67).
Anggraeni (2010 : 15) menyatakan,
Kawasan perkotaan merupakan kontributor terbesar dalam pembangunan perekonomian nasional, kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi, teknologi, informasi, dan inovasi. Adanya kelengkapan jaringan tranportasi dan komunikasi serta adanya sistem produksi barang secara khusus, memberikan peluang masyakat untuk meningkatkan kegiatan dalam bidang sosial ekonomi yang  terbuka lebar di daerah perkotaan.

Kawasan perkotaan merupakan pusat aktivitas berbagai macam kegiatan manusia, dari kegiatan pemerintahan, perekonomian, pendidikan, kesehatan dan kegiatan lainnya. Hal ini mengakibatkan penduduk di daerah perkotaan menjadi sangat padat dan cenderung terus bertambah seiring semakin kompleksnya kegiatan perekonomian yang ada (Putra, 2004). Pertambahan penduduk perkotaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal atau perumahan di perkotaan  (Mokh, 2008). Hal ini berlaku bagi kota-kota besar yang memiliki potensi dalam menarik penduduk melaksanakan kegiatan tersebut.
Kota Singaraja merupakan bagian wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Kota Singaraja dikatakan sebagai pusat konsentrasi dari daerah bali bagian utara, dibuktikan dengan resminya Kota Singaraja sebagai kota pendidikan sesuai dengan surat rekomendasi nomer : 420/318/DPRD Tanggal 1 April 2011 (Admin, 2011). Kota pendidikan merupakan penghargaan  dari sebuah kota yang ditandai dengan adanya dominisasi institusi pendidikan dan fasilitas-fasilitas yang menunjang pendidikan. Dominasi dari institusi pendidikan akan tercermin dari jumlah institusi pendidikan, kemudian perbandingan dari institusi negeri maupun swasta di suatu daerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya institusi terutama sekolah  negeri dan swasta di Kota Singaraja.

Tabel 1. Jumlah Institusi Pendidikan Negeri dan Swasta di Kota Singaraja
No
Institusi
Jenis institusi
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
1
SD
Negeri
38
Swasta
8
2
SMP
Negeri
7
Swasta
10
3
SMA
Negeri
4
Swasta
8
4
SMK
Negeri
3
Swasta
5
5
Perguruan Tinggi
Negeri
2
Swasta           
4
Total
89
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng 2010

Berdasarkan tabel 1, jumlah dari institusi negeri maupun swasta di Kota Singaraja tergolong tinggi. Tercemin  Kota Singaraja memiliki jumlah institusi negeri maupun swasta mencapai 89 institusi, dengan perbandingan jumlah institusi negeri sebanyak 54 buah dan 34 buah institusi swasta. Banyaknya institusi swasta baik dari tingkat dasar maupun tinggi menunjukan perkembangan  daya saing berbagai institusi negeri maupun swasta yang tinggi di Kota Singaraja. 
Keberadaan dari institusi pendidikan merupakan cerminan bagi suatu daerah dijadikan sebuah ikon daerah pendidikan. Secara umum, keberadaan institusi pendidikan akan mempengaruhi hadirnya fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan, seperti hadirnya; perpustakaan, fasilitas fotocopi, toko buku, toko perlengkapan sekolah, pusat hiburan, dan rumah kos. Secara tidak langsung, keberadaan dari berbagai institusi pendidikan akan mempengaruhi keberadaan fasilitas-fasilitas penunjang dalam pendidikan di Kota Singaraja.
Selain itu eksistensi perguruan tinggi menandakan adanya pertumbuhan yang tinggi dalam bidang pendidikan. Tercemin dari jumlah institusi-institusi perguruan tinggi dan peningkatan jumlah mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari data menurut Badan Pusat Statistik Buleleng 2010 menunjukan sebagai berikut:

Tabel 2. Peningkatan Jumlah Mahasiswa Perguruan Tinggi di Singaraja Tahun 2006-2010.
No
Perguruan Tinggi
Peningkatan Jumlah Mahasiswa
2006/2007
2007/2008
2008/2009
2009/2010
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Institut Hindu Dharma Negeri
-
-
-
470
2
Universitas Panji Sakti
357
323
359
372
3
STKIP-AH
149
215
344
-
4
Stie Satya Darma
81
172
238
-
5
Stiba Hita Widya
42
33
43
48
6
Universitas Pendidikan Ganesha
3901
8675
10214
11685
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2010)

Berdasarkan Tabel 2, peningkatan dari  jumlah mahasiswa di perguruan tinggi menunjukan peningkatan yang segnifikan. Terlihat jumlah mahasiswa Undiksha menduduki posisi pertama dengan jumlah mahasiswa yang meningkat drastis setiap tahunnya sementara pada mahasiswa perguruan tinggi lainnya belum menunjukan angka yang segnifikan. Hal ini menandakan pertumbuhan yang tinggi dalam pendidikan di Kota Singaraja tidak lepas dengan adannya Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) sebagai perguruan tinggi yang mencetak tenaga/staf kependidikan terbesar  di Bali. Daya tarik UNDIKSHA sebagai perguruan tinggi  juga tercemin dari berbagai program studi/jurusan yang ditawarkan baik dari program S0, S1, maupun program pasca sarjana yakni dapat dilihat pada tabel 3 berikut;

Tabel 3. Berbagai Program Studi/Jurusan UNDIKSHA Menurut Fakultas  
No
Fakultas
Jurusan
(1)
(2)
(3)
1
MIPA
-Pend.Matematika
-Pend.Kimia
-Pend.Biologi
-Analisa Kimia (D3)
-Pend.Fisika
-Budidaya kelautan (D3)
2
Ilmu Pendidikan
-Bimbingan Konseling
-PGSD (D2)
-Teknologi Pendidikan
-PGTK (D2)
-PGSD (S1)
-PJJ PGSD
3
Ilmu Sosial
-Pend. Kewarganegaraan
-Pend. Ekonomi
-Pend. Sejarah
-Akutansi (D3)
-Pend.Geografi
-Perhotelan (D3)
-Manajemen
-Akutansi (S1)
4
Bahasa dan Seni
-Bahasa Indonesia
-Bahasa Inggris (D3)
-Pend.Bahasa Inggris
-Bahasa Jepang (D3)
-Pend. Seni rupa
-Bahasa Bali (D3)
5
Teknik dan Kejuruan
-PKK
-Informatika (D3)
-Pend.Teknik Inpo & Komp
-Elektro (D3)
-Boga Perhotelan

6
Olahraga dan Kesehatan
-Penjaskesrek
-Pelatihan olahraga
-Ilmu Keolahragaan
 pariwisata
7
Program Pascasarjana
-Pend. Bahasa
-Manejemen Pend.
-Penelitian Evaluasi   Pend.
-Pend. Dasar
-Manajemen Pend.
-Penelitian Evaluasi Pend.
-Pend.Dasar

Sumber: BPS Kabupaten Buleleng Tahun 2010

Berbasis pada tabel 3, memperlihatkan UNDIKSHA sebagai perguruan tinggi mengunggulkan berbagai program studi dalam bidang pendidikan. Kecendrungan inilah diasumsikan sebagai sebagai pengerak pelajar baik pelajar Kabupaten Buleleng maupun luar Buleleng untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi UNDIKSHA.
Mahasiswa yang umumnya melanjutkan pendidikan di Kota Singaraja dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni mahasiswa asli Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, dan mahasiswa Pendatang. Secara umum mahasiswa memerlukan kebutuhan akan tempat tinggal. Pemenuhan akan tempat tinggal mutlak harus dimiliki, terutama mahasiswa Kabupaten Buleleng umumnya dan luar kota Singaraja khususnya’’Pemenuhan kebutuhan diantaranya meliputi sandang, pangan, maupun papan. Kebutuhan masalah ‘papan’ penting diperhatikan untuk  meningkatnnya kesejahteraan sosial”(Ciputra, 1986).
Ditambahkan oleh Kadir (2010:134) menyatakan,
Papan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah yang merupakan  tempat tinggal manusia, tempat manusia hidup, baik secara individu maupun berkelompok. Sudah tentu dalam perkembangannya, rumah yang menjadi elemen terbentuknya perumahan dan pemukiman menjadikan manusia menjadi lebih sempurna dalam kehidupan sosialnya’’.

Kebutuhan akan tempat tinggal berbenturan dengan adanya keterbatasan ketersediaan lahan. Peningkatan kebutuhan akan lahan khususnya di daerah perkotaan semakin tampak terutama lahan yang digunakan untuk berbagai aktivitas manusia maupun sebagai tempat untuk bermukim (Rahayu, 2011). Sementara lahan mempunyai keterbatasan dalam pembangunan sebuah hunian. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang permukiman membutuhkan lahan, sementara lahan memiliki keterbatasan atau daya dukung untuk menunjang pembangunan. Terbatasnya lahan di Kota Singaraja dipandang mempengaruhi keterbatasan akan tempat hunian. Bagi Mahasiswa khususnya di luar Kota Singaraja, keterbatasan tersebut dipandang berpengaruh terhadap pemilihan tempat hunian. Mahasiswa cenderung memilih tempat tinggal alternatif untuk menyelenggarakan aktivitasnya. Mahasiswa mempunyai beberapa pilihan yakni kontrakan, asrama atupun rumah kos. Namun bagi kebanyakan mahasiswa lebih cenderung memilih rumah kos sebagai alternatif hunian.
Rumah kos adalah rumah sewa yang penggunaannya sebagian atau seluruhnya dijadikan sumber pendapatan oleh pemiliknya dengan jalan menerima penghuni rumah kos minimal satu bulan dengan memungut uang kos (Anonim, 2011). Rumah kos merupakan rumah kedua bagi mahasiswa yang melaksanakan aktivitas kuliah.
Keberadaan rumah kos mempunyai hubungan yang sangat erat bagi lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dari sebuah kota. Keberadaan rumah kos yang semakin berkembang apabila suatu tempat mempunyai daya tarik, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun pendidikan. Pembangunan rumah kos yang semakin meningkat dipandang mempengaruhi eksistensi lahan perkotaan, lahan mempunyai keterbatasan dalam pembangunan rumah kos. Informasi dari perkembangan rumah kos penting dimiliki pemerintah maupun masyarakat dalam perencanaan pembangunan rumah kos. Sementara bagi mahasiswa pembangunan rumah kos semakin meningkat memiliki keunggulan tersendiri yakni dapat djadikan sebagai pertimbangan bagi mahasiswa memilih sebuah hunian. Secara umum mahasiswa akan memilih hunian dekat dengan kawasan perguruan tinggi.   
Pembangunan dari rumah kos di kawasan perguruan tinggi tentu mempunyai arah perkembangan ’’Perkembangan merupakan proses pertambahan yang bersifat kualitatif yaitu adanya suatu perubahan dari suatu keadaan yang kualitasnya masih lebih rendah menjadi suatu keadaan yang kualitasnya lebih tinggi”(Nurkencana, 2001:13). Hal ini berlaku bagi perkembangan dari rumah kos. Eksistensi atau lama berdirinya rumah kos mempengaruhi arah dari perkembangan rumah kos. Hal ini penting sebagai informasi dalam perencanaan tata ruang wilayah, penentuan tempat pembanguan rumah kos, maupun pemilihannya bagi mahasiswa.
              Pemahaman lokasi dari rumah kos penting diperhitungkan. Lokasi dari rumah kos merupakan hal yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan, penentuan kebijakan maupun pemilihan sebuah hunian. “Penentuan lokasi permukiman harus memperhatikan segi-segi teknis pelaksanaan, tata guna lahan, kesehatan, kemudahan politis ekonomi” (Budiharjo, 1984 dalam Pardi, 2010:3). Hal ini berguna bagi seseorang dalam menentukan keamanan, keterjangkauan (accessability),  kenyamanan  dari sebuah rumah kos.  Keamanan merupakan kondisi kondusif, stabil, tentram, nyaman dari sebuah hunian. Keamanan memiliki arti penting bagi mahasiswa dalam belajar dan beraktifitas dengan lingkungan sekitarnya, tidak mungkin mahasiswa dapat belajar dengan oktimal jika keaman dari rumah kos belum terjamin. Keterjangkauan tidak selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan  atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat diperlukan (Christiawan, 2009). Keterjangkauan dipandang perlu dimiliki oleh mahasiswa  dalam mendukung efisiensi waktu dan biaya dalam aktivitas kuliah. Sementara kenyaman akan muncul apabila terpenuhi kedua indikator tersebut. Ketiga hal ini perlu diperhitungkan oleh mahasiswa dalam pemilihan rumah kos sebagai rumah alternatif.
              Selain hal tersebut kualitas rumah kos dipandang perlu diperhatikan. “Salah satu  persyaratan kesehatan hunian adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni yang bermukim di sebuah hunian dan atau masyarakat sekitar hunian dari bahaya atau gangguan kesehatan“ (Anonim, 2012;1). Kualitas dari hunian kos yang mempunyai kecenderungan tidak baik seperti halaman lingkungan kos yang sempit, tidak ada tempat parkir, belum adanya sarana penunjang aktifitas kuliah maupun kondisi aksesibilitas yang buruk dipandang bepengaruh negatif terhadap mahasiswa, mahasiswa akan terganggu aktifitas kuliahnya. Hal ini didukung oleh pendapat dari arsitektur Aria Heryanta (dalam Anonim, 2012:6) menurutnya,
Kos-kosan yang baik adalah rumah kos yang memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik, memberikan suasana yang nyaman dan menenangkan bagi penghuninya serta memiliki fasilitas yang dapat menunjang seperti adanya ruang bersama, parkir motor yang luas, teras dan taman depan.

Berdasarkan hasil observasi awal terhadap rumah kos di Kota Singaraja. Pembangunan rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja tergolong tinggi. Mahasiswa dalam rangka melaksanakan aktivitas kuliahnya memilih rumah kos sebagai hunian di kawasan Undiksha Singaraja. Pemilihan rumah kos yang tidak baik  cenderung memberikan kendala terhadap aktifitas kuliah mahasiswa,  pembangunan dari rumah kos yang semakin berkembang dan tidak tersencana berdampak buruk terhadap eksistensi lahan, lahan perkotaan akan semakin menyempit hal ini  tentunya tidak diinginkan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Kendala utama dari permasalahan ini adalah belum tersediannya informasi tentang bentuk keruangan rumah kos di kawasan undiksha, pola keruangan rumah kos di kawasan Undiksha dan kualitas rumah kos kawasan UNDIKSHA. Hal ini penting  dimiliki oleh pemerintah, masyarakat, maupun mahasiswa itu sendiri, sehingga penelitian penting dilakukan untuk mengkaji kecendrungan yang muncul akibat dari pembangunan rumah kos.
Geografi permukiman sebagai cabang ilmu geografi mengkaji permasalah-permasalahan yang muncul dari sebuah permukiman. Topik pembahasan dalam geografi permukiman dapat dibahas antara lain bagaimana pola permukiman, bagaimana penyebarannya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas permukiman (Yunus, 1987 dalam Wesnawa, 2010). Menjawab permasalahan yang muncul dari permukiman, geografi menggunakan pendekatan yang telah dikenal dalam geografi yakni keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan. Mengkaji permasalah yang muncul dari adanya rumah kos, geografi permukiman digunakan sebagai landasan dalam menjawab kecendrungan adanya rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja. Bentuk keruangan dan pola kerungan akan dijawab secara keruangan sementara kualitas rumah kos akan dijawab secara kelingkungan. Berdasarkan hal tersebut menarik kiranya diangkat sebagai penelitian yang berjudul “STUDI RUMAH KOS SEBAGAI PERMUKIMAN MAHASISWA DI KAWASAN UNDIKSHA SINGARAJA” (Kajian Geografi Permukiman Skala Meso).

D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Bagaimana bentuk keruangan rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja?
2.      Bagaimana pola keruangan rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja?
3.      Bagimana kualitas rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja?

E.     TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuannya adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana bentuk keruangan rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pola keruangan rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja.
3.      Untuk mengetahui bagaimana kualitas rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja.

F.     MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.      Manfaat secara teoritis
Secara teoritis karya tulis ini bermanfaat dalam penambahan teori dalam menentukan sebuah bentuk keruangan rumah kos, pola keruangan rumah kos, dan kualitas rumah kos.
2.      Manfaat secara praktis
1).  Bagi masyarakat
Memberikan informasi dan pemahaman tentang rumah kos yang dapat dijadikan sebuah pertimbangan dalam pemilihan sebuah hunian, selain itu dapat digunakan sebagi acuan dalam membangun rumah kos di kawasan Undiksha Singaraja.
2). Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu alternatif dalam perencanaan pembangunan wilayah sehingga dapat dijadikan sebuah solusi dalam pemberian IMB bagi pembangunan rumah kos di kawasan Undiksha Singaraja, selain itu memberikan informasi  bagi pemerintah tentang lokasi rumah kos.
3). Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pemilihan sebuah hunian.

G.    Tinjauan Pustaka
1.Tinjauan Umum Geografi Permukiman
Permukiman dan pemukiman merupakan dua istilah yang dipakai dalam menyebutkan tempat tinggal atau kediaman seseorang. Penggunaan dua istilah ini jika ditinjau memiliki makna yang berbeda, namun sering dirancukan penggunaanya. “Tempat tinggal atau tempat kediaman secara umum disebut permukiman dan secara khusus disebut bangunan rumah”(Hudson, 1974: Hammond, 1979: dalam Wesnawa, 2010:4). “Secara etimologis Permukiman dan pemukiman mempunyai asal kata yang sama, yaitu kata mukim, yang berati tempat tinggal atau sekelompok penduduk”(Pourdarminta, 1966: dalam Wesnawa, 2010:4).  
Wesnawa (2010:5) menambahkan,
Kata Permukiman mempunyai imbuhan per-an maupun pe-an. Baik per-an maupun pe-an mempunyai fungsi membentuk kata benda. Diantara beberapa arti yang dibentuk oleh imbuhan per-an, ternyata yang paling tepat untuk kata permukiman adalah tempat ber-, atau tempat bermukim, sedangkan arti imbuhan pe-an  pada kata pemukiman mempunyai arti cara me-. Dengan demikian, kata pemukiman banyak bersangkut paut dengan cara-cara memukimkan atau proses memukimkan manusia dan dapat pula berarti proses memukimi (menempati) tempat-tempat tertentu

Permukiman menurut para ahli memiliki beberapa pengertian yakni;
Menurut Yunus (1987:20) “Permukiman merupakan bentukan artifisial dan natural dengan segala kelengkapannya digunakan oleh manusia, baik individu/kelompok untuk bertempat tinggal sementara atau menetap dalam  rangka menyelenggarakan kehidupannya”
Menurut Kirmanto (dalam Dwitara N, 2005:36) ”Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasaan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun peredesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan”
Menurut Sumaatmadja (dalam Suhaidi, 1997:8) “Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni oleh manusia yang meliputi segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat yang bersangkutan”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yakni permukiman menitik beratkan pengertiannya tentang rumah/bangunan rumah  sebagai sarana dan prasarana bagi penduduk untuk bertempat tinggal diluar kawasan lindung yang menunjang kehidupan penduduk dalam melaksanakan aktifitasnya. Sementara "Pemukiman lebih menitik beratkan kepada upaya yang dikerjakan oleh badan-badan atau sekelompok penduduk di daerah tertentu untuk menempatkan seseorang atau sekelompok penduduk didaerah tertentu” (Wesnawa, 2010).
“Geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer ditinjau dari sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam kontek keruangan” (Semlok IGI, 1998:4). Dari pengertian tersebut dapat dikaji (1) Geografi dalam studinya mengkaji persamaan dan perbedaan fenomena yang ada dipermukaan bumi sekaligus menemukan jawaban mengapa terjadi persamaan dan perbedaan tersebut. (2) Geografi meninjau persamaan dan perbedaan suatu penomena dari sudut pandang kelingkungan yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, persebaran dari suatu fenomena dari suatu wilayah dalam kontek keruangan.
Sehingga permukiman dalam studi geografi dapat diartikan “Segala bentukan artificial maupun natural dengan segala kelengkapannya yang dipergunakan oleh manusia baik secara individu maupun kelompok untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya”(Wesnawa, 2010;5).
Kekhasan dari ilmu geografi dalam  membedakan dengan ilmu-ilmu lainnya tercermin dari pendekatan yang dipakai dalam menjawab permasalahan dalam kajian geografi. Yunus (2005) dalam bukunya yang berjudul pendekatan wilayah kontemporer menyatakan ada 3 pendekatan geografi ini dipakai untuk meninjau kajian geografi yaitu; (1)Pendekatan keruangan, (2)Pendekatan kelingkungan, dan (3)Pendekatan komplek kewilayahan. Untuk lebih jelasnya dapat dipaparkan sebagai berikut;
1)         Pendekatan Keruangan

Tidak ada komentar: