A.
JUDUL : STUDI RUMAH KOS SEBAGAI PERMUKIMAN
MAHASISWA DI KAWASAN UNDIKSHA SINGARAJA (Kajian Geografi Permukiman Skala Meso)
B.
IDENTITAS PENULIS
NAMA : I NYOMAN SUPARIARTA
NIM : 0814031019
KELAS : A
JURUSAN : PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS : ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS : PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
C.
LATAR BELAKANG
Kota merupakan istilah bagi sebuah daerah yang
memiliki pusat dari bebagai kegiatan manusia, maka daerah perkotaan memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan daerah perdesaan ’’Kota merupakan pusat
kegiatan manusia dan menawarkan berbagai kesempatan lebih besar dari pada
daerah perdesaan. Tidak mengherankan bahwa banyak penduduk perdesaan melakukan
migrasi ke kota untuk memperbaiki kehidupannya’’ (Suharini, 2011:67).
Anggraeni (2010 : 15) menyatakan,
Kawasan perkotaan merupakan kontributor terbesar
dalam pembangunan perekonomian nasional, kawasan perkotaan sebagai pusat
kegiatan ekonomi, teknologi, informasi, dan inovasi. Adanya kelengkapan
jaringan tranportasi dan komunikasi serta
adanya sistem produksi barang secara khusus, memberikan peluang masyakat untuk
meningkatkan kegiatan dalam bidang sosial ekonomi yang terbuka lebar di daerah perkotaan.
Kawasan
perkotaan merupakan pusat aktivitas berbagai macam kegiatan manusia, dari
kegiatan pemerintahan, perekonomian, pendidikan, kesehatan dan kegiatan
lainnya. Hal ini mengakibatkan penduduk di daerah perkotaan menjadi sangat
padat dan cenderung terus bertambah seiring semakin kompleksnya kegiatan
perekonomian yang ada (Putra, 2004). Pertambahan penduduk perkotaan yang
cenderung meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan
permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal atau perumahan di perkotaan (Mokh,
2008). Hal ini berlaku bagi kota-kota besar yang memiliki potensi
dalam menarik penduduk melaksanakan kegiatan tersebut.
Kota
Singaraja merupakan bagian wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Kota
Singaraja dikatakan sebagai pusat konsentrasi
dari daerah bali bagian utara, dibuktikan dengan resminya Kota Singaraja sebagai
kota pendidikan sesuai dengan surat rekomendasi
nomer : 420/318/DPRD Tanggal 1 April 2011 (Admin, 2011).
Kota pendidikan merupakan penghargaan
dari sebuah kota yang ditandai dengan adanya dominisasi institusi
pendidikan dan fasilitas-fasilitas yang menunjang pendidikan. Dominasi dari
institusi pendidikan akan tercermin dari jumlah institusi pendidikan, kemudian
perbandingan dari institusi negeri maupun swasta di suatu daerah. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya institusi terutama sekolah negeri dan swasta di Kota Singaraja.
Tabel 1. Jumlah Institusi
Pendidikan Negeri dan Swasta di Kota Singaraja
No
|
Institusi
|
Jenis institusi
|
Jumlah
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
1
|
SD
|
Negeri
|
38
|
Swasta
|
8
|
||
2
|
SMP
|
Negeri
|
7
|
Swasta
|
10
|
||
3
|
SMA
|
Negeri
|
4
|
Swasta
|
8
|
||
4
|
SMK
|
Negeri
|
3
|
Swasta
|
5
|
||
5
|
Perguruan Tinggi
|
Negeri
|
2
|
Swasta
|
4
|
||
Total
|
89
|
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng 2010
Berdasarkan
tabel 1, jumlah dari institusi negeri maupun swasta di Kota Singaraja tergolong
tinggi. Tercemin Kota Singaraja memiliki jumlah institusi negeri maupun swasta
mencapai 89 institusi, dengan perbandingan jumlah institusi negeri sebanyak 54
buah dan 34 buah institusi swasta. Banyaknya institusi swasta baik dari tingkat
dasar maupun tinggi menunjukan perkembangan daya saing berbagai institusi negeri maupun
swasta yang tinggi di Kota Singaraja.
Keberadaan
dari institusi pendidikan merupakan cerminan bagi suatu daerah dijadikan sebuah
ikon daerah pendidikan. Secara umum, keberadaan institusi pendidikan akan
mempengaruhi hadirnya fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan, seperti
hadirnya; perpustakaan, fasilitas fotocopi, toko buku, toko perlengkapan sekolah,
pusat hiburan, dan rumah kos. Secara tidak langsung, keberadaan dari berbagai
institusi pendidikan akan mempengaruhi keberadaan fasilitas-fasilitas penunjang
dalam pendidikan di Kota Singaraja.
Selain
itu eksistensi perguruan tinggi menandakan adanya pertumbuhan yang tinggi dalam
bidang pendidikan. Tercemin dari jumlah institusi-institusi perguruan tinggi
dan peningkatan jumlah mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari data menurut Badan
Pusat Statistik Buleleng 2010 menunjukan sebagai berikut:
Tabel 2. Peningkatan Jumlah Mahasiswa Perguruan Tinggi di Singaraja Tahun
2006-2010.
No
|
Perguruan Tinggi
|
Peningkatan Jumlah
Mahasiswa
|
|||
2006/2007
|
2007/2008
|
2008/2009
|
2009/2010
|
||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
1
|
Institut
Hindu Dharma Negeri
|
-
|
-
|
-
|
470
|
2
|
Universitas
Panji Sakti
|
357
|
323
|
359
|
372
|
3
|
STKIP-AH
|
149
|
215
|
344
|
-
|
4
|
Stie
Satya Darma
|
81
|
172
|
238
|
-
|
5
|
Stiba
Hita Widya
|
42
|
33
|
43
|
48
|
6
|
Universitas
Pendidikan Ganesha
|
3901
|
8675
|
10214
|
11685
|
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng (2010)
Berdasarkan
Tabel 2, peningkatan dari jumlah
mahasiswa di perguruan tinggi menunjukan peningkatan yang segnifikan. Terlihat
jumlah mahasiswa Undiksha menduduki posisi pertama dengan jumlah mahasiswa yang
meningkat drastis setiap tahunnya sementara pada mahasiswa perguruan tinggi
lainnya belum menunjukan angka yang segnifikan. Hal ini menandakan pertumbuhan
yang tinggi dalam pendidikan di Kota Singaraja tidak lepas dengan adannya Universitas
Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) sebagai perguruan tinggi yang mencetak
tenaga/staf kependidikan terbesar di
Bali. Daya tarik UNDIKSHA sebagai perguruan tinggi juga tercemin dari berbagai program studi/jurusan
yang ditawarkan baik dari program S0, S1, maupun program pasca sarjana yakni
dapat dilihat pada tabel 3 berikut;
Tabel 3.
Berbagai Program Studi/Jurusan UNDIKSHA Menurut Fakultas
No
|
Fakultas
|
Jurusan
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
|
1
|
MIPA
|
-Pend.Matematika
|
-Pend.Kimia
|
-Pend.Biologi
|
-Analisa Kimia (D3)
|
||
-Pend.Fisika
|
-Budidaya kelautan (D3)
|
||
2
|
Ilmu Pendidikan
|
-Bimbingan Konseling
|
-PGSD (D2)
|
-Teknologi Pendidikan
|
-PGTK (D2)
|
||
-PGSD (S1)
|
-PJJ PGSD
|
||
3
|
Ilmu Sosial
|
-Pend. Kewarganegaraan
|
-Pend. Ekonomi
|
-Pend. Sejarah
|
-Akutansi (D3)
|
||
-Pend.Geografi
|
-Perhotelan (D3)
|
||
-Manajemen
|
-Akutansi (S1)
|
||
4
|
Bahasa dan Seni
|
-Bahasa Indonesia
|
-Bahasa Inggris (D3)
|
-Pend.Bahasa Inggris
|
-Bahasa Jepang (D3)
|
||
-Pend. Seni rupa
|
-Bahasa Bali (D3)
|
||
5
|
Teknik dan Kejuruan
|
-PKK
|
-Informatika (D3)
|
-Pend.Teknik Inpo & Komp
|
-Elektro (D3)
|
||
-Boga Perhotelan
|
|
||
6
|
Olahraga dan Kesehatan
|
-Penjaskesrek
|
-Pelatihan olahraga
|
-Ilmu Keolahragaan
|
pariwisata
|
||
7
|
Program Pascasarjana
|
-Pend. Bahasa
|
-Manejemen Pend.
|
-Penelitian Evaluasi Pend.
|
-Pend. Dasar
|
||
-Manajemen Pend.
|
-Penelitian Evaluasi Pend.
|
||
-Pend.Dasar
|
|
Sumber: BPS
Kabupaten Buleleng Tahun 2010
Berbasis pada tabel 3,
memperlihatkan UNDIKSHA sebagai perguruan tinggi mengunggulkan berbagai program
studi dalam bidang pendidikan. Kecendrungan inilah diasumsikan sebagai sebagai pengerak
pelajar baik pelajar Kabupaten Buleleng maupun luar Buleleng untuk melanjutkan
pendidikannya di perguruan tinggi UNDIKSHA.
Mahasiswa yang umumnya
melanjutkan pendidikan di Kota Singaraja dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni
mahasiswa asli Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, dan mahasiswa Pendatang.
Secara umum mahasiswa memerlukan kebutuhan akan tempat tinggal. Pemenuhan akan
tempat tinggal mutlak harus dimiliki, terutama mahasiswa Kabupaten Buleleng umumnya
dan luar kota Singaraja khususnya’’Pemenuhan kebutuhan diantaranya meliputi
sandang, pangan, maupun papan. Kebutuhan masalah ‘papan’ penting diperhatikan
untuk meningkatnnya kesejahteraan sosial”(Ciputra,
1986).
Ditambahkan oleh Kadir (2010:134) menyatakan,
Papan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah yang
merupakan tempat tinggal manusia, tempat
manusia hidup, baik secara individu maupun berkelompok. Sudah tentu dalam
perkembangannya, rumah yang menjadi elemen terbentuknya perumahan dan pemukiman
menjadikan manusia menjadi lebih sempurna dalam kehidupan sosialnya’’.
Kebutuhan
akan tempat tinggal berbenturan dengan adanya keterbatasan ketersediaan lahan.
Peningkatan kebutuhan akan lahan khususnya di daerah perkotaan semakin tampak
terutama lahan yang digunakan untuk berbagai aktivitas
manusia maupun sebagai tempat untuk bermukim (Rahayu, 2011). Sementara lahan mempunyai keterbatasan dalam pembangunan sebuah hunian. Pembangunan sarana dan
prasarana penunjang permukiman membutuhkan lahan, sementara lahan memiliki
keterbatasan atau daya dukung untuk menunjang pembangunan. Terbatasnya lahan di
Kota Singaraja dipandang mempengaruhi keterbatasan akan tempat hunian. Bagi
Mahasiswa khususnya di luar Kota Singaraja, keterbatasan tersebut dipandang
berpengaruh terhadap pemilihan tempat hunian. Mahasiswa cenderung memilih
tempat tinggal alternatif untuk menyelenggarakan aktivitasnya.
Mahasiswa mempunyai beberapa pilihan yakni kontrakan,
asrama atupun rumah kos. Namun bagi kebanyakan mahasiswa
lebih cenderung memilih rumah kos sebagai alternatif hunian.
Rumah
kos adalah rumah sewa yang penggunaannya sebagian atau seluruhnya dijadikan
sumber pendapatan oleh pemiliknya dengan jalan menerima penghuni rumah kos minimal
satu bulan dengan memungut uang kos (Anonim, 2011). Rumah kos merupakan rumah
kedua bagi mahasiswa yang melaksanakan aktivitas
kuliah.
Keberadaan
rumah kos mempunyai hubungan yang sangat erat bagi lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dari sebuah kota. Keberadaan rumah kos yang semakin
berkembang apabila suatu tempat mempunyai daya tarik, baik dari segi ekonomi,
sosial, maupun pendidikan. Pembangunan rumah kos yang semakin meningkat dipandang
mempengaruhi eksistensi lahan perkotaan, lahan mempunyai keterbatasan dalam
pembangunan rumah kos. Informasi dari perkembangan rumah kos penting dimiliki
pemerintah maupun masyarakat dalam perencanaan pembangunan rumah kos. Sementara
bagi mahasiswa pembangunan rumah kos semakin meningkat memiliki keunggulan
tersendiri yakni dapat djadikan sebagai pertimbangan bagi mahasiswa memilih
sebuah hunian. Secara umum mahasiswa akan memilih hunian dekat dengan kawasan
perguruan tinggi.
Pembangunan
dari rumah kos di kawasan perguruan tinggi tentu mempunyai arah perkembangan ’’Perkembangan
merupakan proses pertambahan yang bersifat kualitatif yaitu adanya suatu
perubahan dari suatu keadaan yang kualitasnya masih lebih rendah menjadi suatu
keadaan yang kualitasnya lebih tinggi”(Nurkencana, 2001:13). Hal ini berlaku
bagi perkembangan dari rumah kos. Eksistensi atau lama berdirinya rumah kos
mempengaruhi arah dari perkembangan rumah kos. Hal ini penting sebagai informasi dalam perencanaan tata ruang
wilayah, penentuan tempat pembanguan rumah kos, maupun pemilihannya bagi
mahasiswa.
Pemahaman lokasi dari
rumah kos penting diperhitungkan. Lokasi dari rumah kos merupakan hal yang
perlu diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan, penentuan kebijakan maupun
pemilihan sebuah hunian. “Penentuan lokasi permukiman harus memperhatikan
segi-segi teknis pelaksanaan, tata guna lahan, kesehatan, kemudahan politis
ekonomi” (Budiharjo, 1984 dalam Pardi, 2010:3). Hal ini berguna bagi seseorang
dalam menentukan keamanan, keterjangkauan (accessability), kenyamanan
dari sebuah rumah kos. Keamanan
merupakan kondisi kondusif, stabil, tentram,
nyaman dari sebuah hunian. Keamanan memiliki arti penting bagi mahasiswa dalam
belajar dan beraktifitas dengan lingkungan sekitarnya, tidak mungkin mahasiswa
dapat belajar dengan oktimal jika keaman dari rumah kos belum terjamin.
Keterjangkauan tidak selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan
dengan kondisi medan atau ada tidaknya
sarana angkutan atau komunikasi yang dapat diperlukan (Christiawan, 2009). Keterjangkauan dipandang perlu dimiliki oleh mahasiswa dalam mendukung efisiensi waktu dan biaya
dalam aktivitas kuliah. Sementara kenyaman akan muncul apabila terpenuhi kedua
indikator tersebut. Ketiga hal ini perlu diperhitungkan oleh mahasiswa
dalam pemilihan rumah kos sebagai rumah alternatif.
Selain hal tersebut
kualitas rumah kos dipandang perlu diperhatikan. “Salah satu persyaratan
kesehatan hunian adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam
rangka melindungi penghuni yang bermukim di sebuah hunian dan atau masyarakat
sekitar hunian dari bahaya atau gangguan kesehatan“ (Anonim, 2012;1). Kualitas
dari hunian kos yang mempunyai kecenderungan tidak baik seperti halaman
lingkungan kos yang sempit, tidak ada tempat parkir, belum adanya sarana
penunjang aktifitas kuliah maupun kondisi aksesibilitas yang buruk dipandang
bepengaruh negatif terhadap mahasiswa, mahasiswa akan terganggu aktifitas
kuliahnya. Hal ini didukung oleh pendapat dari arsitektur Aria Heryanta (dalam Anonim,
2012:6) menurutnya,
Kos-kosan yang
baik adalah rumah kos yang memiliki sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik,
memberikan suasana yang nyaman dan menenangkan bagi penghuninya serta memiliki
fasilitas yang dapat menunjang seperti adanya ruang bersama, parkir motor yang
luas, teras dan taman depan.
Berdasarkan hasil observasi awal terhadap rumah kos di Kota
Singaraja. Pembangunan rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja tergolong
tinggi. Mahasiswa dalam rangka melaksanakan aktivitas kuliahnya memilih rumah
kos sebagai hunian di kawasan Undiksha Singaraja. Pemilihan rumah kos yang
tidak baik cenderung memberikan kendala
terhadap aktifitas kuliah mahasiswa,
pembangunan dari rumah kos yang semakin berkembang dan tidak tersencana
berdampak buruk terhadap eksistensi lahan, lahan perkotaan akan semakin
menyempit hal ini tentunya tidak diinginkan
oleh pemerintah maupun masyarakat.
Kendala utama dari permasalahan ini adalah belum
tersediannya informasi tentang bentuk keruangan rumah kos di kawasan undiksha,
pola keruangan rumah kos di kawasan Undiksha dan kualitas rumah kos kawasan UNDIKSHA.
Hal ini penting dimiliki oleh
pemerintah, masyarakat, maupun mahasiswa itu sendiri, sehingga penelitian
penting dilakukan untuk mengkaji kecendrungan yang muncul akibat dari
pembangunan rumah kos.
Geografi permukiman sebagai cabang ilmu geografi mengkaji
permasalah-permasalahan yang muncul dari sebuah permukiman. Topik pembahasan
dalam geografi permukiman dapat dibahas antara lain bagaimana pola permukiman,
bagaimana penyebarannya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
permukiman (Yunus, 1987 dalam Wesnawa, 2010). Menjawab permasalahan yang muncul
dari permukiman, geografi menggunakan pendekatan yang telah dikenal dalam geografi
yakni keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan. Mengkaji permasalah yang muncul
dari adanya rumah kos, geografi permukiman digunakan sebagai landasan dalam
menjawab kecendrungan adanya rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja. Bentuk
keruangan dan pola kerungan akan dijawab secara keruangan sementara kualitas
rumah kos akan dijawab secara kelingkungan. Berdasarkan hal tersebut
menarik kiranya diangkat sebagai penelitian yang berjudul “STUDI RUMAH KOS SEBAGAI PERMUKIMAN MAHASISWA DI KAWASAN UNDIKSHA SINGARAJA”
(Kajian Geografi Permukiman Skala Meso).
D.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.
Bagaimana bentuk keruangan rumah kos di kawasan UNDIKSHA
Singaraja?
2.
Bagaimana pola keruangan rumah kos di kawasan UNDIKSHA
Singaraja?
3.
Bagimana kualitas rumah kos di kawasan UNDIKSHA Singaraja?
E.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuannya adalah:
1.
Untuk mengetahui bagaimana bentuk keruangan rumah kos
di kawasan UNDIKSHA Singaraja.
2.
Untuk mengetahui bagaimana pola keruangan rumah kos di
kawasan UNDIKSHA Singaraja.
3.
Untuk mengetahui bagaimana kualitas rumah kos di
kawasan UNDIKSHA Singaraja.
F.
MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis karya tulis ini bermanfaat
dalam penambahan teori dalam menentukan sebuah bentuk keruangan rumah kos, pola
keruangan rumah kos, dan kualitas rumah kos.
2. Manfaat secara praktis
1). Bagi
masyarakat
Memberikan
informasi dan pemahaman tentang rumah kos yang dapat dijadikan sebuah
pertimbangan dalam pemilihan sebuah hunian, selain itu dapat digunakan sebagi
acuan dalam membangun rumah kos di kawasan Undiksha Singaraja.
2). Bagi pemerintah
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan suatu alternatif dalam perencanaan pembangunan
wilayah sehingga dapat dijadikan sebuah solusi dalam pemberian IMB bagi
pembangunan rumah kos di kawasan Undiksha Singaraja, selain itu
memberikan informasi bagi pemerintah tentang
lokasi rumah kos.
3). Bagi Mahasiswa
Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pemilihan sebuah hunian.
G.
Tinjauan Pustaka
1.Tinjauan Umum Geografi Permukiman
Permukiman dan pemukiman merupakan dua istilah yang
dipakai dalam menyebutkan tempat tinggal atau kediaman seseorang. Penggunaan
dua istilah ini jika ditinjau memiliki makna yang berbeda, namun sering
dirancukan penggunaanya. “Tempat tinggal atau tempat kediaman secara umum
disebut permukiman dan secara khusus disebut bangunan rumah”(Hudson, 1974: Hammond,
1979: dalam Wesnawa, 2010:4). “Secara etimologis Permukiman dan pemukiman
mempunyai asal kata yang sama, yaitu kata mukim, yang berati tempat tinggal
atau sekelompok penduduk”(Pourdarminta, 1966: dalam Wesnawa, 2010:4).
Wesnawa
(2010:5) menambahkan,
Kata
Permukiman mempunyai imbuhan per-an maupun pe-an. Baik per-an maupun pe-an
mempunyai fungsi membentuk kata benda. Diantara beberapa arti yang dibentuk
oleh imbuhan per-an, ternyata yang paling tepat untuk kata permukiman adalah
tempat ber-, atau tempat bermukim, sedangkan arti imbuhan pe-an pada kata pemukiman mempunyai arti cara me-.
Dengan demikian, kata pemukiman banyak bersangkut paut dengan cara-cara
memukimkan atau proses memukimkan manusia dan dapat pula berarti proses
memukimi (menempati) tempat-tempat tertentu
Permukiman menurut para ahli memiliki beberapa pengertian yakni;
Menurut Yunus (1987:20) “Permukiman merupakan bentukan artifisial dan natural dengan segala kelengkapannya
digunakan oleh manusia, baik individu/kelompok untuk bertempat tinggal
sementara atau menetap dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya”
Menurut Kirmanto (dalam Dwitara N, 2005:36) ”Permukiman
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasaan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan, maupun peredesaan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan”
Menurut Sumaatmadja (dalam Suhaidi, 1997:8) “Permukiman
adalah bagian permukaan bumi yang dihuni oleh manusia yang meliputi segala
prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu
kesatuan dengan tempat yang bersangkutan”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan yakni permukiman menitik beratkan pengertiannya tentang rumah/bangunan
rumah sebagai sarana dan prasarana bagi
penduduk untuk bertempat tinggal diluar kawasan lindung yang menunjang
kehidupan penduduk dalam melaksanakan aktifitasnya. Sementara "Pemukiman
lebih menitik beratkan kepada upaya yang dikerjakan oleh badan-badan atau
sekelompok penduduk di daerah tertentu untuk menempatkan seseorang atau
sekelompok penduduk didaerah tertentu” (Wesnawa, 2010).
“Geografi
merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer
ditinjau dari sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam kontek keruangan” (Semlok
IGI, 1998:4). Dari pengertian tersebut dapat dikaji (1) Geografi dalam studinya
mengkaji persamaan dan perbedaan fenomena yang ada dipermukaan bumi sekaligus
menemukan jawaban mengapa terjadi persamaan dan perbedaan tersebut. (2) Geografi meninjau persamaan dan perbedaan suatu penomena dari sudut pandang
kelingkungan yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan
lingkungannya, persebaran dari suatu fenomena dari suatu wilayah dalam kontek
keruangan.
Sehingga
permukiman dalam studi geografi dapat diartikan “Segala bentukan artificial
maupun natural dengan segala kelengkapannya yang dipergunakan oleh manusia baik
secara individu maupun kelompok untuk bertempat tinggal baik sementara maupun
menetap dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya”(Wesnawa, 2010;5).
Kekhasan dari ilmu geografi dalam membedakan dengan ilmu-ilmu lainnya tercermin
dari pendekatan yang dipakai dalam menjawab permasalahan dalam kajian geografi.
Yunus (2005) dalam bukunya yang berjudul pendekatan
wilayah kontemporer menyatakan ada 3 pendekatan geografi ini dipakai untuk
meninjau kajian geografi yaitu; (1)Pendekatan keruangan, (2)Pendekatan
kelingkungan, dan (3)Pendekatan komplek kewilayahan. Untuk lebih jelasnya dapat
dipaparkan sebagai berikut;
1)
Pendekatan
Keruangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar