”PERANAN SUBAK
DALAM MEMBANGUN PERTANIAN MASYARAKAT SAMSAM”
OLEH:
I NYOMAN
SUPARIARTA
0814031019
A
fakultas ilmu sosial
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
2011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNylah makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Penulisan makalah ini ini merupakan tugas mata kuliah
Geografi Pertanian.
Adapun hal yang dibahas
dalam makalah ini adalah mengenai ”Peranan Subak Dalam Membangun Pertanian Masyarakat
Samsam”.
Proses penyusunan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan daru
berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dan hormat, melalui
kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Disadari
bahwa makalah tugas mata kuliah
Geografi pertanian ini masih jauh dari
sempurna, mengingat sejumlah keterbatasan yang dimiliki. Untuk itu diharapkan
saran dan kritik yang bersifat konstruktif baik dari segi penulisan maupun
kedalaman materi demi kesempurnaan makalah
ini. Sebagai akhir kata semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
Singaraja,
22 November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul............................................................................................... i
Kata
Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar
Isi........................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang......................................................................................... 1
1.2.Rumusan
Masalah.................................................................................... 2
1.3.Tujuan
Penulisan...................................................................................... 2
1.4.Mamfaat
Penulisan.................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.
Peranan Subak Dalam Pertanian............................................................
4
2.2. Peran Subak
Dalam Membangun
Pertanian
masyarakat di daeaah samsam................................................ 6
BAB
III PENUTUP
3.1.
Simpulan................................................................................................. 8
3.2.
Saran.......................................................................................................
8
DAFTAR PUTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Secara
astronomis dan geografis Indonesia merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya
alam. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia jika dikaji secara astronomis
terletak di garis khatulitiwa yang menyebabkan Indonesia beriklim trofis.
Selain itu letak Indonesia secara geografis terletak antara dua benua dan dua
samudra menyebabkan Indonesia beriklim muson dan laut. Letak Indonesia didaerah
cincin api dunia menyebabkan wilayah Indonesia kaya akan gunung berapi yang
mengakibatkan hampir semua wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur untuk
pertanian, sehingga hampir segala sektor perekonomian penduduk dipokuskan pada
usaha pertanian. Hal inilah menyebabkan Indonesia dikatakan Negara yang
agraris.
Bali adalah nama salah satu provinsi
di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari
provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga
terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa
Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Bali
terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar
yang terletak di bagian selatan pulau ini (http://id.wikipedia.org/wiki/Bali).
Pulau bali merupakan wilayah yang terkenal dimancanegara hal ini tidak terlepas
dari 3 potensi yang dimilikinya yakni
dilihaat secara pertanian, budaya dan fanorama alam yang dimilikinya. Dilihat
dari segi panorama alam, wilayah bali merupakan wilayah yang memiliki panorama
alam yang menarik. Dilihat secara budaya masyakat bali memiliki berbagai
kebudayaan yang unik, dan sakral yang memiliki nilai religious yang tinggi .
Sedangkan jika dilihat dari segi pertanian masyarakat bali memiliki sebuah
sistem pertanian yang unik yang lebih dikenal dengan sistem pertanian subak.
Membangun
masyarakat merupakan usaha sadar dalam meningkatkan tarap hidup dan kesejahtraan
masyarakat. Sebagai bangsa yang agraris masyarakat bali menitik beratkan
pembangunannya dalam membangun masyarakat secara berkesinambungan, baik
membangun masyarakat secara ekonomi dan sosial, meliputi pembangunan dalam
bidang pertanian, budaya dan pariwisata. Dalam batasan ini dititik beratkan
pembangunan dibidang ekonomi yakni pembangunan dibidang pertanian yang mengacu
pada peningkatan kesejahtraan masyarakat bali. Hal ini dapat ditempuh melalui
pengelolaan dan sistem irigasi tradisional yakni melalui subak.
Subak sebagai sistem irigasi yang berbasis petani dan merupakan
lembaga yang mandiri. Keberadaan subak yang sudah hampir satu milineum sampai
sekarang ini mengisyaratkan bahwa subak adalah sebuah lembaga irigasi
tradisional yang tangguh dan lestari(Sedana. 2007).
Keberadaan
subak dalam masyarakat memegang peranan yang sangat penting. Salah daerah
ditabanan masih mempertahankan subak dalam membangun masyarakatnya. Keberadaan
dari subak samsam merupakan salah satu peningkatan perekonomian masyarakat
samsam. Namun keberadaan eksistensi subak samsam belumlah diketahui.
Berdasarkan masalah
tersebut menarik kiranya diangkat sebagai makalah yang berjudul”PERANAN SUBAK
DALAM MEMBANGUN PERTANIAN MASYARAKAT SAMSAM”
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa peranan subak dalam pertanian?
1.2.2. Bagaimana peranan subak dalam
membangun pertanian di daerah samsam?
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1. Apa peranan subak dalam pertanian
1.3.2. Bagaimana peran subak dalam
membangun pertanian didaerah samsam
1.4. Mamfaat penulisan
1.4.1.Mamfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini bermamfat
sebagai acuan dalam menambah referensi atau penjabaran mengenai peranan subak
bagi masyarakat samsam.
1.4.2.Mamfaat Praktis
Secara Praktis Makalah
ini dapat dijadikan sebuah landasan bagi penelitian berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Peranan Subak Dalam Pertanian
Perda
Propinsi Bali No. 2 Tahun 1972 mendefinisikan subak sebagai masyarakat hukum
adat di Bali yang bersifat sosio-agraris-religius yang secara historis
didirikan sejak dahulu kala dan berkembang terus sebagai organisasi pengusaha
tanah dalam suatu daerah. Kanwil DPU Provinsi Bali (1989) mengemukan subak
sebagai organisasi tradisional di Daerah Bali yang didasarkan pada Hukum Adat,
serta bersifat otonom untuk mengatur organisasinya, dalam sutu kelompok wilayah
hamparan yang bersumber pada sumber air yang sama dengan batas yang jelas.
Subak dipimpin oleh seorang Kelian Subak atau
Pekaseh yang mengoordinasi pengelolaan air berdasarkan tata tertib (awig-awig)
yang disusun secara egaliter. Saat irigasi berjalan baik, mereka menikmati
kecukupan air bersama-sama. Sebaliknya, pada saat air irigasi sangat kecil,
mereka akan mendapat air yang terbatas secara bersama-sama. Jadwal tanam
dilaksanakan secara ketat. Waktu tanam ditetapkan dalam sebuah kurun tertentu.
Umumnya, ditetapkan dalam rentang waktu dua minggu. Petani yang melanggar akan
dikenakan sanksi.
Sistem irigasi Subak mempunyai fasilitas fisik yang mirip dengan
fasiitas irigasi yang dimiliki oleh system irigasi lain. Protitipe sistem fisik
subak antara lain terdiri atas:
·
Empelan
(bendungan) yang berfungsi sebagai bangunan pengambilan air dari sumbernya
·
Aungan
(terowongan)
·
Telabah
(saluran primer)
·
Tembuku Aya
(bangunan bagi primer)
·
Telabah Gede
(saluran sekunder)
·
Tembuku Gede
(saluran bagi sekunder)
·
Telabah Pemaron
(saluran tersier)
·
Tembuku Pemaron
(bangunan bagi tersier)
·
Telabah Penyahcah
(saluran kuarter)
·
Tembuku Penyahcah
(bangunan bagi kuarter) terdiri dari penasan untuk sepuluh anggota (kanca)
·
Tembuku
Pengalapan (bangunan pemasukan air individual)
·
Talikunda
(saluran individual)
·
Subak juga mempunyai
beberapa bangunan pelengkap seperti penguras (flushing), pekiuh
(over flow) dan petaku (bangunan air terjun). Abangan (talang)
juga umum ditemui pada subak. Demikian juga jengkawung (gorong-gorong).
Menurut
Panji(2010) Dalam memperoleh penggunaan air yang optimal dan merata, air yang
berlebihan dapat dibuang melalui saluran drainasi yang tersedia pada setiap
komplek/blok sawah milik petani. Sementara itu, untuk mengatasi masalah
kekurangan air yang tidak terduga, mereka melakukannya dengan cara-cara
seperti:
1.
Saling pinjam meminjam air
irigasi antar anggota subak dalam satu subak, atau antar subak yang sistemnya
terkait
2.
Melakukan sistem pelampias,
yakni kebijakan untuk memberikan tambahan air untuk lahan sawah yang berada
lebih di hilir. Jumlah tambahan air ditentukan dengan kesepakatan bersama,
3.
Melakukan sistem
pengurangan porsi air yang harus diberikan pada suatu blok/kompleks sawah milik
petani tertentu, bila sawah tersebut telah mendapatkan tirisan air dari suatu
kawasan tertentu di sekitarnya.
Jika debit air irigasi sedang kecil, petani anggota
subak tidak dibolehkan ke sawah pada malam hari, pengaturan air diserahkan
kepada pengurus Subak. Dengan demikian distribusi air berjalan secara adil. Setiap
Subak memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik atau Pura Bedugul yang khusus
dibangun oleh para petani untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai dewi
kemakmuran dan kesuburan, Dewi Sri.
Sistem irigasi subak pada hakekatnya sudah menyatu dengan kehidupan dan
sosio-kultural masyarakat Bali yang umumnya beragama Hindu. Atau dengan kata
lain, sistem irigasi subak pada hakekatnya adalah suatu sistem irigasi yang
yang berlandaskan pada sosio-kultural masyarakat setempat. Suatu sistem irigasi
yang didasarkan atas sosial-kultural masyarakat sering dianggap sebagai sistem
irigasi yang sepadan dengan berbagai keunggulannya, karena merupakan sistem
irigasi yang kuat, yang pada dasarnya mampu mengetahui dan memecahkan
masalahnya sendiri secara mandiri (otonum).
Dalam bahasa ilmu politik, organisasi seperti ini sering disebutkan
sebagai organisasi dengan predikat good governance (McGinnis, 1999 dalam Samudera, 1993). Adapun kekuatan
yang ada pada sistem irigasi yang berlandaskan sosio-kultural masyarakat,
seperti halnya pada sistem subak di Bali adalah karena kemampuannya untuk
menyerap teknologi yang berkembang dalam kurun waktu tertentu, dan kemampuannya
untuk beradaptasi dengan perkembangan budaya yang ada di lingkungan sekitarnya
(Windia, 2002).
Selain peran subak seperti yang
dijelaskan diatas subak juga mempunyai peranan dalam pertanian dalam
hubungannya dengan instasi pemerintahan. Yakni subak memiliki sebuah organisasi
dalam mengatur tata pertanian dan menerapkan kebijakan dalam pertanian. Maka subak membangun organanisasinya yang
dapat dilihat pada bagan 1.1.
2.2. Peran Subak Dalam
Membangun Pertanian Didaerah Samsam
Sebagai negara agraris yang sudah
dikenal pada zaman nenek moyang, yang dicirikan oleh sebagian besar penduduk
Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, maka lahan pertanian menjadi
andalan utama bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Menurut Ejasta (2006)
pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam pembangunan khususnya
pembangunan daerah pedesaan yang merupakan penyumbang utama dalam pembangunan
nasional. Kurang lebih 60% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kontribusi utama sektor
pertanian terhadap pembangunan nasional selama pembangunan jangka panjang tahap
I telah berhasil secara nyata meningkat penyediaan bahan pangan, menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menunjang sektor
non pertanian melalui penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan (Daniel,
2001). Usaha penyediaan bahan pangan tersebut dicontohkan diderah samsam.
Dengan banyaknya masyarakat samsam yang bekerja di sektor pertanian memberikan
kontribusi pendapatan penduduk daerah samsam sebagian besar berasal dari
pertanian.
Subak
sebagai nilai kearifan lokal dijadikan sebagai dasar pendidikan lingkungan bagi
para generasi muda yang peduli terhadap lingkungan dengan berbekal pada
kearifan lokal, sebagai penjaga identitas keunikan budaya terutama di daerah
samsam. Subak didaerah samsam membangun masyarakat pertanian diderah tersebut. Subak didaerah samsam merupakan sistem
yang cocok diterapkan dalam masyarakat pertanian didaerah tersebut hal ini
menurut Kaler Surata (2003) dalam
Juniati (2010) Subak memiliki sejumlah nilai yang dapat
dijadikan inspirasi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai antara
lain:
a) Otonomi
subak merupakan organisasi mandiri
yang tidak bergantung atau tidak ditentukan oleh instansi yang lain. Hubungan subak dengan instansi yang lain sebatas
koordinatif.
b) Demokrasi
subak dibentuk oleh anggota untuk
kesejahteraan krama subak sendiri.
Setiap anggota subak memiliki
kesempatan yang sama untuk mengajukan pendapat, memilih atau dipilih sebagai
pengurus.
Subak
memiliki peranan dalam pembangunan
pertanian masyarakkat samsam dalam pelaksanaan berbagai teknologi baru
dalam bidang pertanian di lahan basah, seperti intensifikasi pertanian. Peranan
subak dalam membangun masyarakat samsam
meliputi:
1.
Subak
dalam meningkatkan areal sawah yang berpengairan sepanjang tahun.
2.
Subak
dalam mempertahankan kesinambungan persediaan bahan makanan,
3.
Dibidang peternakan terutama ternak itik
yang dapat memanfaatkan sisa-sisa panen di sawah, yang dikenal dengan sistem
kontrak bebeknya, ternak sapi dan kerbau untuk mengolah lahan sehingga ternak
tersebut harus dilestarikan dan dipelihara.
4.
Di bidang perikanan, dalam meningkatkan
kesempatan kerja, adanya sistem irigasi yang lebih baik menyebabkan luas tanam
meningkat sehingga produksi akan meningkat pula.
5.
Mengalokasikan sumberdaya air secara
merata.
6.
Mengalokasikan dana pembangunan
7.
Gotong royong dalam hal ini subak mempunyai peranan membina dan
mengembangkan kesatuan dan kebersamaan dalam berbagai segi kehidupan suka
maupun duka, yang meliputi aspek ekonomi, sosial, agama dan keaamanan.
8.
Perana
subak dalam kegiatan simpan
pinjam dan pengadaan sarana produksi, dan
9.
Peranan subak dalam melestarikan nilai budaya bangsa.
BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
Subak sebagai organisasi tradisional di Daerah Bali yang didasarkan pada
Hukum Adat, serta bersifat otonom untuk mengatur organisasinya, dalam sutu
kelompok wilayah hamparan yang bersumber pada sumber air yang sama dengan batas
yang jelas. Sistem irigasi subak pada hakekatnya sudah menyatu dengan kehidupan
dan sosio-kultural masyarakat Bali yang umumnya beragama Hindu. Atau dengan
kata lain, sistem irigasi subak pada hakekatnya adalah suatu sistem irigasi
yang yang berlandaskan pada sosio-kultural masyarakat setempat. Suatu sistem
irigasi yang didasarkan atas sosial-kultural masyarakat sering dianggap sebagai
sistem irigasi yang sepadan dengan berbagai keunggulannya, karena merupakan
sistem irigasi yang kuat, yang pada dasarnya mampu mengetahui dan memecahkan
masalahnya sendiri secara mandiri (otonum).
Sebagai negara agraris yang sudah dikenal pada zaman nenek moyang, yang
dicirikan oleh sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai
petani, maka lahan pertanian menjadi andalan utama bagi pembangunan dan
kesejahteraan rakyat. Subak dalam
membangun masyarakat daerah samsam merupakan sarana dalam pembangunan
masyarakat yang umumnya bergelut dalam pertanian. Subak sangat penting dalam masyarakat samsam disebabkan peran dan
nilai subak dapat mengantarkan peningkatan pertanian masyarakat samsam. Subak sebagai nilai kearifan lokal
dijadikan sebagai dasar pendidikan lingkungan bagi para generasi muda yang
peduli terhadap lingkungan dengan berbekal pada kearifan lokal, sebagai penjaga
identitas keunikan budaya pulau Bali.
3.2.Saran
Subak sebagai sistem irigasi pertanian
yang sangat penting dalam perannya dalam pembangunan masyarakat bali. sebagai
petani, maka lahan pertanian menjadi andalan utama bagi pembangunan dan
kesejahteraan rakyat maka subak sebagai sistem pertanian tradisional perlu
dijaga kelestrariannya.
DAFTAR PUSTAKA
_____,http://id.wikipedia.org/wiki/Bali
_____,Perda
Prov.Bali No.02/PD/DPRD/l972
______,1989. Kanwil DPU Propinsi Bali.
Subak. Denpasar.
Arta. Sedana. 2007. Integrasi
sosial pada subak multietnik di kabupaten buleleng. Undiksha(Tidak Diterbitkan)
Daniel, Mochar, 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta.
Bumi Aksara.
Ejasta, K.M., 2006. Evaluasi Lahan pada Formasi Ulakan Untuk Tanaman Palawija di Kabupaten
Klungkung, Laporan Penelitian(Undiksha Singaraja).
Firman, Panji.2010. Subak,
Sebuah Tradisi Bali yang Terlupakan diakses di http://matakita.net/post/subak-sebuah-tradisi-bali-yang-terlupakan.html
diposkan pada tanggal 21 juni 2010 diakses pada tanggal 22 november 2011
Juniati, Erna. 2010. Peranan Subak Dalam Pengelolaan Pertanian
Padi Sawah Di Desa Ngis Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Jurusan
pendidikan geografi, UNDIKSHA: tidak diterbitkan.
Samudra, N.M. 1993. Lomba Subak sebagai
Usaha Pelestarian dan Pengem¬bangan
Windia.2010. Kajian Tata Ruang Dan
Pengelolaan Kawasan Subak, Untuk Bali Yang Lebih Baik. Diakses http://balisustain.blogspot.com/2010/08/kajian-tata-ruang-dan-pengelolaan.html
diposkan 13 agustus 1010. Diakses pada tanggal 17 November 2011
1 komentar:
bagus nie man, infonya,,,,tambah lg tentang subak
Posting Komentar